REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Dua korban tewas akibat flu burung di Cina menambah jumlah korban tewas menjadi 16 orang. Pemerintah setempat memperingatkan jumlah orang yang terinfeksi bisa naik.
Korban terakhir berasal dari Shanghai dimana mayoritas kasus atau sekitar 77 kasus flu burung ditemukan. Sumber pasti infeksi belum diketahui dan penularan dari manusia ke manusia belum ditemukan bukti.
Sampel unggas yang terinfeksi virus H7N9 dari pasar unggas menjadi fokus investigasi pemerintah Cina dan lembaga PBB, FAO.
"Karena sumber infeksi belum dikontrol, maka kemungkinan jumlah kasus infeksi akan terus meningkat," ujar pernyataan dari komisi kesehatan nasional dan keluarga berencana Cina, dilansir Xinhua dan dikutip kembali Emirates247.
Ilmuwan Cina, Zeng Guang mengatakan, 40 persen korban tidak memiliki sejarah yang jelas mengenai kontak dengan unggas. "Bagaimana orang ini bisa terinfeksi? masih menjadi misteri," ujarnya.
Berdasarkan sebuah laporan, hanya 10 dari 77 korban yang memiliki kontak dengan unggas.
Kepanikan karena flu burung ini membuat warga Cina tidak mengonsumsi ayam. Sektor unggas Cina sendiri merugi hingga 10 miliar yuan atau 1,6 miliar dolar AS akibat virus flu burung baru yang merebak dua pekan lalu.