REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Pascaterjadinya Bom Boston, kelompok Muslim di Amerika Serikat (AS) mengeluarkan pernyataan bersama mengutuk aksi terorisme yang terjadi dalam ajang Marathon Boston.
Juru Bicara Dewan Hubungan Kerja Sama Amerika-Islam (CAIR) Ibrahim Hooper mengatakan, Muslim di AS kerap dijadikan sasaran kebencian dari setiap pengeboman di AS. Dua hari pascaledakan, sentimen antimuslim dikhawatirkan terjadi. Komunitas Muslim di Los Angeles (MPAC) terus memantau dan membuka halaman khusus untuk menerima aduan atau ancaman terhadap Muslim pasca kejadian.
Washington Post melansir, melalui media jejaring sosial, kelompok tersebut mengiklankan slogan bertuliskan, ''jangan menjadi Muslim, jika anda pelaku pengeboman,'' kata Kepala MPAC, Salam al-Marayati. Kata dia, peristiwa Boston adalah duka bagi semua umat.
Al-marayati mengatakan, reaksi apa pun bisa menimpa Muslim pascaledakan Boston. Kata dia, sentimen keagamaan yang mulai surut setelah peristiwa World Trade Center, 2001 silam, dikhawatirkan akan kembali mencuat.
Di AS, sedikitnya terdapat sekira 3,5 juta penduduk Muslim. Jumlah itu kurang dari satu persen dari jumlah populasi Muslim di negara tersebut. Dalam riset Lembaga Think-thank di AS, Pew Research mengatakan, satu dekade pascaserangan WTC, sentimen antimuslim di AS dikatakan semakin menurun.