REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rabu (17/4), menyatakan sebagian penderita yang dinyatakan positif flu burung galur baru di China tidak memiliki sejarah kontak dengan unggas. Fakta ini menambah gelap misteri mengenai virus yang hingga saat ini telah membunuh 16 orang di Cina tersebut.
Juru bicara WHO, Gregory Hartl, menegaskan bahwa ada korban yang tidak memiliki sejarah kontak dengan ternak unggas. Sebelumnya seorang peneliti Cina mengatakan bahwa sekitar 40 persen pasien yang terinfeksi virus H7N9 tidak pernah kontak dengan unggas sebelumnya.
"Ini adalah satu teka-teki yang masih harus dipecahkan dan membutuhkan jaringan penelitian yang luas," kata Hartl seraya menambahkan bahwa ia belum mengetahui pasti persentasenya.
Cina telah diperingatkan mengenai kemungkinan meningkatnya jumlah korban terinfeksi dari 77 orang saat ini. Korban terakhir berasal dari kota dagang Shanghai dimana sebagian besar kasus ditemukan, demikian dilaporkan kantor berita Xinhua.
Sumber pasti infeksi virus tersebut masih belum jelas dan sejauh ini belum ada laporan penularan virus dari manusia ke manusia. Beberapa sampel dinyatakan positif di beberapa pasar unggas yang masih menjadi fokus penelitian oleh otoritas Cina dan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO).
Kepala peneliti epidemiologi pada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CDPCC) Zeng Guang seperti dikutip harian Beijing News mengatakan, sekitar 40 persen korban tidak terpapar dengan ternak sebelumnya. "Bagaimana mereka bisa terinfeksi? Ini adalah misteri," katanya.