REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA-- Puluhan ribu Muslim Rohingya, yang lari dari kekerasan di Myanmar, berada dalam bahaya. Situasi itu berkaitan dengan musim hujan mendekat, kata badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Jumat.
Juru bicara Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) Adrian Edwards kepada wartawan menyatakan bencana kemanusiaan dapat terjadi. Ia mengaku badan tersebut kekurangan dana untuk keperluan bantuan.
"UNHCR sangat khawatir tentang bahaya, yang dihadapi lebih dari 60.000 pengungsi di daerah rawan banjir dan di penampungan sementara," katanya kepada wartawan.
"Sejak Mei hingga September, musim hujan diperkirakan melepaskan hujan lebat dan kemungkinan angin puyuh di negara bagian Rakhine, tempat lebih dari 115.000 orang mengungsi sesudah kekerasan antar-kaum pada tahun lalu," katanya memperingatkan.
Kekerasan antara bagian besar Buddha Myanmar dengan Rohingya -yang digambarkan PBB sebagai salah satu kelompok kecil paling teraniaya di dunia- mengguncang negara bagian barat, Rakhine, sejak Juni 2012.
Myanmar memandang sekitar 800.000 warga Rohingya sebagai pendatang gelap Bangladesh dan menolak memberi kewarganegaraan.
Beberapa di antara mereka berkemah di dekat pantai, yang terancam gelombang pasang tinggi. Sementara yang lain tinggal di sawah atau dataran rendah, yang banjir saat musim hujan.
UNHCR membangun rumah panjang bambu untuk 14.400 pengungsi dan membagikan tenda untuk rumah sekitar 28.000 orang, tapi uang menipis.
Penyumbang menyalurkan hanya 14 persen dari 71,4 juta dolar Amerika Serikat (sekitar 714 miliar rupiah) untuk gerakan UNHCR di Myanmar.