Sabtu 20 Apr 2013 22:31 WIB

'Gelembung Karbon' Jadi Petaka Krisis Keuangan Dunia Berikutnya

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Hazliansyah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dunia internasional sedang menuju krisis ekonomi yang lebih besar. Hal ini disebabkan investasi negara-negara dunia untuk bahan bakar fosil sudah mencapai triliunan dolar AS.

Ini menimbulkan fenomena yang disebut 'gelembung karbon' sebagai bentuk hasil over valuasi cadangan minyak, batu bara, dan gas yang dihasilkan perusahaan penambang bahan bakar fosil.

Profesor dari London School of Economics, Lord Nicholas Stern memaparkan, demi mengembangkan bahan bakar fosil, sebanyak 200 perusahaan tambang besar di dunia menghabiskan setidaknya 674 miliar dolar sepanjang 2012 dalam bentuk kegiatan eksploitasi dan eksplorasi sumber daya energi fosil yang baru.

Padahal, demi menghindari ambang batas 'berbahaya' perubahan iklim, setidaknya dua per tiga cadangan energi fosil di muka bumi ini harus tetap dipertahankan di bawah tanah.

Forum internasional telah sepakat membatasi kenaikan suhu global dua derajat selsius sejak beberapa tahun lalu. "Sayangnya investor dan perusahaan fosil itu tidak percaya itu sehingga mereka tidak menghargainya," ujar Stern, dilansir dari the Guardian, Sabtu (20/4).

Carbon capture atau teknologi untuk menyimpan dan mengemisi cadangan karbon di bawah tanah memainkan peranan penting dimasa depan.

 

HSBC memperingatkan 40-60 persen dari kapitalisasi pasar perusahaan minyak dan gas di muka bumi ini sangat berisiko menyebabkan gelembung karbon. Mereka secara total menghasilkan pendapatan investasi empat triliun dolar AS saat ini, namun hampir 1,5 triliun dolar AS di antaranya digunakan untuk membayar kegiatan operasional. Artinya, mereka hanya meraup 62 persen keuntungan dan sisanya untuk membayar utang dari bank.

Porsi utang ini diperkirakan akan terus membesar hingga pada akhirnya perusahaan-perusahaan tambang batu bara, minyak, gas, dan mineral di dunia jatuh bangkrut.

"Business as usual sudah tidak laik lagi dilakukan industri bahan bakar fosil saat ini. Jika mereka ingin berbisnis jangka panjang, mereka harus memainkan peran menyimpan dan mengemisi cadangan karbon untuk masa depan," kata analis minyak dan gas dari HSBC, Paul Spedding.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement