Selasa 23 Apr 2013 15:44 WIB

Kedubes Prancis di Libya di Bom, Dua Cedera

Bendera Libya
Bendera Libya

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Satu bom menghantam kedutaan besar Prancis dl Libya, mencederai dua penjaga dan menimbulkan kerusakan berat dalam serangan pertama terhadap missi asing sejak kelompok garis keras menyerbu konsulat Amerika Serikat di Benghazi, September.

Kementerian luar negeri Libya menyebut serangan di kota Tripoli itu satu insiden teroris. Seorang koresponden ADP di lokasi itu mengatakan tembok sekeliling properti itu ambruk dan gedung kedubes itu rusak parah. Dua mobil yang diparkir dekat kedutaan itu juga hancur.

Ledakan itu terjadi sekitar pukul 07.00 waktu setempat (12.00 WIB), kata penduduk. Satu sumber Prancis mengonfirmasikan serangan terhadap kedutaan itu dan mengatakan seorang penjaga keamanan luka parah dan seorang lainnya cedera ringan.

Missi itu terletak di satu vila dua lantai di pasar daerah Gargaresh. "Kami mendengar satu ledakan keras pukul 07.00 waktu setempat. Itu satu satu ledakan keras di lokasi kedutaan Prancis di permukiman kami," kata seorang penduduk lokal. Prancis mengecam serangan "yang menjijikkan" itu.

"Dalam hubungan dengan pihak berwenang Libya, pihak berwenang negara akan melakukan segalanya untuk menghindarkan terjadinya serangan yang menjijikkan ini dan segera mengidentifikasikan para pelaku," kata Menteri Luar Negeri Laurent Fabius dalam satu pernyataan.

Dampak dari ledakan itu juga menimbulkan kerusakan parah pada dua vila dekat kedutaan itu, sementara jendela-jendela dari satu toko 200 meter jauhnya ambruk. Jalan di depan missi itu banjir akibat pipa air pecah terkena ledakan itu.

Tidak ada segera informasi tentang siapa yang melakukan serangan itu dan apa motifnya. Prancis, yang berada dibawah pemerintah presiden Nicolas Sarkozy, yang memimpin serangan udara terhadap pasukan penguasa Libya (waktu itu) Mohamar Gaddafi tahun 2011 setelah satu pemberontakan terhadap pemerintahnya meletus.

Operasi itu, berdasarkan satu resolusi PBB bertujuan melindungi warga sipil di Libya, membantu mengalahkan dan mengguling pemerintah Qaddafi dan diktator itu dibunuh Oktober 2011 setelah konflik delapan bulan.

Sejak Qaddafi jatuh, Libya dilanda kekacauan, terutama di daerah Benghazi, yang dilanda ledakan-ledakan bom dan pembunuhan yang memaksa banyak warga Barat meninggalkan kota Libya timur itu.

Pada September, satu serangan terhadap konsulat AS menewaskan empat warga AS termasuk dubes Christopher Stevens. Dubes itu tewas ketika konsulat itu diserang satu kelompok bersenjata yang memprotes terhadap film anti-Islam yang diproduksi di AS, yang menghina Nabi Muhammad.

Film 'Innocence of Muslims,' memicu kemarahan dan protes-protes keras di beberapa negara Muslim di seluruh dunia. Serangan di Banghazi memicu satu kecaman keras dari partai republik dalam kampanye pemilihan presiden tahun 2012, yang menuduh pemerintah Presiden Barack Obama berusaha menutupi rincian insiden tersebut.

Aksi kekerasan di Libia sering dituduh dilakukan kelompok garis keras Islam. Kelompok-kelompok garis keras bersenjata mengecam intervensi pasukan Prancis di Mali utara mengancam akan melakukan aksi balasan dengan menyerang kepentingan-kepentingan Prancis.

sumber : Antara/ AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement