Rabu 24 Apr 2013 03:00 WIB

Kisah Kuburan Massal Muslim Rohingya

Seorang wanita pengungsi Rohingya menangis sambil menggendong bayinya.
Foto: Andrew Biraj/Reuters
Seorang wanita pengungsi Rohingya menangis sambil menggendong bayinya.

REPUBLIKA.CO.ID, Seorang warga Rohingya mengubur ibunya. Dia tertusuk pisau di kepala dan leher. Perempuan itu tewas jelang senja."Saya bersama dengannya waktu itu. Kami tak bisa melakukan apapun untuknya,"ujar warga yang dikutip dalam laporan Human Right Watch , 22 April 2013.

 

Kemudian, pria itu menerima izin dari otoritas setempat untuk menguburnya bersama saudara lain yang turut menjadi korban. Bersama warga lainnya, dia menggali kuburan massal yang terletak di Desa Yan Thei, Mrauk U, Myanmar. 

Orang-orang Arakan menyerang Yan Thei pada 23 Oktober 2012. Setidaknya, 52 orang tewas akibat pembunuhan massal tersebut. Hanya, dua saksi mengklaim terdapat 70 warga Rohingya yang terbunuh. Mereka bilang ada belasan orang lain yang meninggal dunia setelah menderita luka parah.

Pada 25 Oktober, warga desa mulai menggali kuburan untuk para korban. Beberapa penggali yang diwawancara HRW mengaku, kerap diawasi polisi dan tentara. Aparat pun menyuruh mereka menggali lobang yang lebih besar karena banyaknya korban.

Seorang warga Rohingya lain mengaku telah mengubur sebelas pria, 20 perempuan dan 30 anak-anak. Ketika itu, puluhan bocah tak bisa kabur bersama orang tua mereka. "Semuanya dibunuh dengan pisau dan mereka melemparkannya ke api,"ujarnya. 

Mayat-mayat terbakar itu tak langsung dikubur. Warga harus menunggu izin dari polisi dan tentara untuk menggabungkannya dengan korban lain. 

HRW membongkar bukti adanya empat kuburan massal di Provinsi Arakan. Tiga diantaranya digali pada kekerasan Juni. Selebihnya, pada Oktober. Penggalian tersebut diperintahkan oleh otoritas di empat daerah yakni Desa Yan Thei dan tiga lainnya dekat Ba Du Baw IDP di luar Sittwe. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement