REPUBLIKA.CO.ID, Sarajevo,--Presiden Serbia Tomislav Nikolic, yang berhaluan nasionalis, pada Kamis (25/4) secara pribadi memohon maaf untuk pertama kali atas pembantaian 8.000 warga Muslim di Sebrenica pada 1995, namun menolak menyebutnya pemusnahan.
"Saya berlutut dan memohon pengampunan bagi Serbia untuk kejahatan di Srebrenica," kata Nikolic berkaitan dengan pembantaian itu, yang dianggap sebagai kekejaman terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II.
"Saya memohon maaf atas tindakan kriminal yang dilakukan oleh setiap individu dengan mengatasnamakan negara dan bangsa kami," ujarnya dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh televisi nasional Bosnia dan beberapa bagian telah diunggah ke YouTube.
Setelah terpilih pada Mei tahun lalu, Nikolic memicu perdebatan setelah menolak mengakui pembantaian di beberapa daerah pemukiman Bosnia --yang telah merenggut nyawa 8.000 nyawa umat Muslim pria dewasa dan anak-anak di tangan pasukan bersenjata Serbia-Bosnia-- sebagai sebuah genosida, meskipun dua mahkamah internasional merekomendasikan demikian.
Nikolic kala itu mengatakan "tidak ada genosida di Srebrenica".
Presiden kelompok keluarga korban Asosiasi Ibu Srebrenica, Munira Subasic, mengatakan ia tidak yakin dengan ketulusan pernyataan Nikolic. "Kami tidak membutuhkan seseorang untuk berlutut dan memohon pengampunan. Kami ingin mendengar Presiden dan rakyat Serbia mengucapkan kata genosida," kata Munira Subasic kepada AFP.
"Hanya dengan itu kami dapat yakin bahwa hal tersebut merupakan sikap tulus. Kami ingin Serbia mengakui rekomendasi mahkamah-mahkamah internasional," ujar Subasic, yang suami dan anak laki-lakinya terbunuh dalam pembantaian Srebrenica, menambahkan.
sumber : Antara
Advertisement