Rabu 01 May 2013 07:29 WIB

Arab Saudi: Amerika Serikat Akan Terus Membutuhkan Minyak Timur Tengah

Pejabat perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, tengah memeriksa sebuah pengeboran minyak di Arab Saudi.
Foto: AP
Pejabat perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, tengah memeriksa sebuah pengeboran minyak di Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO. WASHINGTON -- Menteri Perminyakan Saudi Ali al-Naimi pada Selasa, menyebut upaya Amerika Serikat untuk independensi atau kemandirian energi "naif".

Al-Naimii menegaskan AS akan terus memerlukan minyak Timur Tengah hingga masa mendatang.

Naimi mengatakan ia menyambut lonjakan produksi energi domestik AS dari ladang minyak dan gas serpih, yang ia katakan akan menambah kedalaman dan stabilitas pasar minyak global.

"Cadangan komersial baru minyak serpih atau ketat sedang mengubah industri energi di Amerika -- dan itu berita besar," katanya kepada para pembuat kebijakan dan akademisi di Pusat Studi Strategi Internasional (CSIS) di Washington.

"Itu membantu untuk mempertahankan perekonomian AS dan menciptakan lapangan kerja di waktu yang sulit."

"Saya menyambut pasokan baru ini ke pasar minyak global," ia menambahkan.

Di sisi lain, katanya, itu tidak realistis untuk percaya ini akan membantu Amerika Serikat menghilangkan impor minyak, sebuah tujuan dari beberapa orang Amerika yang berpendapat kemandirian energi sangat penting untuk keamanan negara.

Meskipun produksi dalam negeri naik, impor AS dari minyak Timur Tengah di semester kedua 2012 lebih tinggi daripada setiap semester sejak 1990, kata Naimi.

Amerika Serikat "akan terus memenuhi permintaan domestik dengan memanfaatkan berbagai sumber yang berbeda, termasuk dari Timur Tengah."

"Saya percaya pembicaraan tentang mengakhiri ketergantungan adalah naif, pandangan yang sangat sederhana."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement