Rabu 01 May 2013 08:45 WIB

Meski Ditentang Obama,Tambang Uranium Segera Diwujudkan

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dewi Mardiani
 Suasana pemandangan Grand Canyon di Arizona, Amerika Serikat.
Foto: Reuters/Robert Galbraith
Suasana pemandangan Grand Canyon di Arizona, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penambangan uranium di Grand Canyon, Amerika Serikat (AS), bakal terwujud di 2015 meski itu dilarangan Presiden Barack Obama dua tahun lalu. Energi bahan bakar ini telah mendapat persetujuan Federal AS.

Lokasi tambangnya sekitar enam kilometer di sebelah selatan ngarai yang populer dengan sebutan 'South Rim Entrance' dan telah mendatangkan lima juta pengunjung wisata setiap tahunnya. Studi lingkungan yang dilakukan Dinas Kehutanan AS sekitar 25 tahun lalu, atau pada 1986 memang menyebutkan kawasan ini berpotensi tambang.

Beberapa kelompok pemerhati lingkungan, seperti Grand Canyon Trust, Sierra Club, dan Pusat Keanekaragaman Hayati Havasupai mengajukan gugatan sejak Maret lalu. "Review Dinas Kehutanan itu sudah terlalu lama, sedangkan kondisinya sekarang areany hanya 20 hektare yang tersisa," kata Juru Bicara Energy Resources, Curtis H Moore, dilansir dari the Guardian, Rabu (1/5).

Pertambangan uranium ini bukan sekadar menimbulkan ancaman estetika, melainkan juga mencemari vegetasi akuifer di Red Wall, sumber air utama yang mengalir ke Grand Canyon selain Sungai Colorado. Begitu akuifer ini terkontaminasi limbah uranium, maka tak ada jalan untuk menetralisirnya kembali. Tambang ini juga akan merugikan daerah Red Butte, tempat suci Havasupai, hingga wilayah suku Hopi, Zuni, dan Navajo.

Uranium ditambang secara luas sejak perang dunia kedua dan digunakan oleh Federal untuk program senjata nuklir. Setelah akhir perang dingin pada 1990, permintaan uranium turun, begitu juga harganya. Tapi sekarang, dengan pasar uranium global yang meningkat, perusahaan yang bergerak di bisnis tersebut mendesak kembali untuk dibuka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement