REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Tragedi gedung runtuh di Kota Savar, Bangladesh mendapat sorotan tajam dari pemimpin tertinggi Katolik di Vatikan. Paus Francis mengutuk tragedi tersebut dan menganggap Bangladesh telah membiarkan perbudakan.
"Saya benar-benar terpukul mendengar penderitaan para pekerja di Bangladesh," kata Paus, saat khutbah terbukanya di Lapangan Santro Petrus, Vatikan, seperti dikutip AFP dan dilansir laman Straitstime, Rabu (1/5).
Kata dia, pemerintahan di Dhaka harus bertanggung jawab memperbaiki kondisi buruh dan pekerjanya. Bekas Kardinal di Bueno Aires, Argentina ini pun mendukung perlawanan kelompok buruh Bangladesh.
Tidak kurang dari 400 buruh pabrik garmen di Gedung Rana Plaza tewas setelah gedung setinggi sembilan lantai itu runtuh, Rabu (24/4). Runtuhnya gedung tersebut akibat lalainya pemerintah menegakkan hukum terhadap konglomerat dan pengusaha garmen di kawasan itu. Buruh bekerja sambil ketakutan lantaran rentannya bencana di pabrik-pabrik pinggiran ibu kota tersebut.
Ketakutan muncul karena pemilik gedung dan pengusaha tidak memperhatikan dan tidak memfasilitasi sistem keamanan di kawasan yang menghasilkan 20 miliar dolar per tahun itu. "Pekerja di Bangladesh sudah menjadi budak yang dibayar untuk mati dengan penghasilan kurang dari 61 dolar per bulan," sambung Paus.