REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel menyambut positif keinginan Liga Arab untuk memulai solusi damai di Timur Tengah, khususnya sikap Liga Arab yang menginginkan pertukaran tanah untuk membagi negara Israel dan Palestina merdeka.
Usulan pertama Liga Arab sebelumnya adalah pengakuan penuh negara Israel. Namun, syaratnya mereka mengembalikan tanah yang dirampas dalam perang 1967 dan memberikan keadilan bagi pengungsi Palestina.
Israel menolak usulan tersebut karena tak ingin kembali ke perbatasan sebelum perang. Menurut pejabat senior Israel, Negeri Zionis itu menyambut kesepakatan yang telah dilakukan Liga Arab dan Amerika Serikat.
Sebelumnya delegasi Liga Arab telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry untuk membicarakan kembali pembicaraan damai Israel-Palestina yang sempat mandek. Ketika terjadi Perang Arab-Israel 1967, Zionis merebut Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza.
Palestina menginginkan kemerdekaan penuh pada ketiga wilayah itu. Namun, pembicaraan damai ini sempat terhenti tiga tahun lalu akibat Israel memperluas pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Sebelumnya, Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Hamad Bin Jassim Al Thani, menyampaikan Liga Arab menegaskan perjanjian harus didasarkan solusi pengakuan dua negara berdasarkan perbatasan 4 Juni 1967. Kemudian dengan pembagian dan pertukaran tanah yang dilakukan secara adil.
Pemimpin negosiasi Palestina, Saeb Erekat sendiri menyatakan, ucapan Al Thani adalah permintaan Palestina sejak awal. Termasuk permintaan atas berdirinya dua negara, Palestina merdeka dengan perubahan perbatasan dengan ukuran yang telah disepakati dan tidak merugikan kepentingan Palestina.
Menteri Kehakiman Israel Tzipni Livni, menyatakan kabar tersebut sebagai suatu hal positif. Ia menyatakan, ketika dunia penuh pergolakan, bisa bertemu dan berkompromi dengan Palestina adalah hal yang baik.
Sebelumnya, John Kerry telah bolak-balik ke beberapa negara Arab untuk membahas perdamaian antar kedua negara bersengketa ini. Bagi Kerry keberadaan Liga Arab begitu penting untuk menyelesaikan permasalahan sengketa Israel-Palestina.
Israel memang sebelumnya mengusulkan pertukaran tanah dengan Palestina. Israel akan meninggalkan beberapa wilayah, namun negosiasi tersebut batal. Meski Liga Arab berharap negosiasi dua negara bisa tercapai, namun semua juga tergantung pemerintah Palestina. Khususnya pertentangan antara Hamas dan Fatah.
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, yang bernegosiasi dengan Israel sendiri berada di Tepi Barat sementara Hamas yang tak ingin berkompromi menguasai Gaza.