REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meningkatnya ketegangan antar etnis di Myanmar disesalkan oleh Umat Buddha Indonesia.
Ketua Sangha Mahayana Suhu Wiraduta menegaskan, penyerangan terhadap Muslim oleh biksu dan Umat Buddha Myanmar sesungguhnya bertentangan dengan ajaran Sang Buddha.
"Kami sangat menolak segala macam bentuk kekerasan karena bukan akidah agama Buddha,"ungkap Wiraduta saat dihubungi RoL, Rabu (1/5). Wiraduta menjelaskan, Agama Buddha mengajarkan prinsip tidak boleh memaksakan kehendak asasi manusia. Apalagi membunuh.
Menurutnya, Buddha mengajarkan untuk menyelesaikan masalah dengan kedamaian. Dia pun prihatin dengan apa yang terjadi di Myanmar. Terlebih, mayoritas penduduk Myanmar penganut Agama Buddha. "Pemerintahnya juga beragama Buddha, kita makanya menyesalkan,"jelasnya.
Hanya, Wiraduta mengaku tak dapat berbuat banyak untuk meminta para biksu di Myanmar menghentikan khotbah bernada kebencian. Pasalnya, para biksu Tanah Air tak memiliki hubungan langsung dengan para biksu di Myanmar.
Menurutnya, Umat Buddha di Indonesia memiliki perbedaan mazhab dengan Umat Buddha di Myanmar. "Seperti Katolik dan Protestan,"jelasnya.