Rabu 01 May 2013 19:30 WIB

'Pembantaian Muslim Myanmar Bertentangan dengan Ajaran Buddha'

Ratusan Biksu Budha Myanmar menggelar demontrasi menolak keberadaan Muslim Rohingya.
Foto: Sakchai Lalit/AP
Ratusan Biksu Budha Myanmar menggelar demontrasi menolak keberadaan Muslim Rohingya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meningkatnya ketegangan antar etnis di Myanmar disesalkan oleh Umat Buddha Indonesia.

Ketua Sangha Mahayana Suhu Wiraduta menegaskan, penyerangan terhadap Muslim oleh biksu dan Umat Buddha Myanmar sesungguhnya bertentangan dengan ajaran Sang Buddha.

"Kami sangat menolak segala macam bentuk kekerasan karena bukan akidah agama Buddha,"ungkap Wiraduta saat dihubungi RoL, Rabu (1/5). Wiraduta menjelaskan, Agama Buddha mengajarkan prinsip tidak boleh memaksakan kehendak asasi manusia. Apalagi membunuh. 

Menurutnya, Buddha mengajarkan untuk menyelesaikan masalah dengan kedamaian. Dia pun prihatin dengan apa yang terjadi di Myanmar. Terlebih, mayoritas penduduk Myanmar penganut Agama Buddha. "Pemerintahnya juga beragama Buddha, kita makanya menyesalkan,"jelasnya.

Hanya, Wiraduta mengaku tak dapat berbuat banyak untuk meminta para biksu di Myanmar menghentikan khotbah bernada kebencian. Pasalnya, para biksu Tanah Air tak memiliki hubungan langsung dengan para biksu di Myanmar.

Menurutnya, Umat Buddha di Indonesia memiliki perbedaan mazhab dengan Umat Buddha di Myanmar. "Seperti Katolik dan Protestan,"jelasnya.

Situasi kembali memanas di Myanmar bagian tengah. Masjid dan toko Muslim kembali diserang sekelompok massa. Terlebih, provokasi juga dilakukan oleh biksu di Myanmar yang menyebarkan khotbah bernada kebencian kepada Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement