REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Wabah flu burung jenis baru di Cina dinilai sebagai ancaman serius bagi kesehatan manusia. Namun, hingga saat ini belum bisa diprediksi seberapa jauh penyebarannya.
Sejauh ini 126 orang diketahui telah terinfeksi flu burung. Dari jumlah itu 24 orang tewas, sementara beberapa rumah sakit masih merawat mereka yang sakit.
Virus H7N9 diketahui belum menyebar antar manusia. Hal itu dinilai membatasi ancaman bagi dunia. Meskipun, ancaman itu harus diatasi dan dianggap serius.
Timbul kekhawatiran kecepatan penyebaran serta tingkat keparahan wabah. Jumlah infeksi relatif tinggi sejak kasus tersebut diidentifikasi pertama kali pada April lalu.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet menunjukkan virus H7N9 adalah campuran dari setidaknya empat virus yang berasal dari itik dan ayam. Berbeda dengan wabah H5N1 sebelumnya, virus tersebut tidak mematikan bagi unggas. Ini berarti akan lebih sulit untuk melacak penyebaran virus.
"H7N9 mungkin satu langkah lebih dekat untuk menjadi pandemi dibandingkan H5," ujar seorang peneliti influenza di Imperial College London, Wndy Barclay dilansir BBC.
Virus dinilai sudah bermutasi lima kali ketika menginfeksi burung. "Di manusia yang memiliki virus H7 sejauh ini kita dapat melihat mutasi yang terjadi dalam hitungan hari," ujarnya.