REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mundurnya Kepala Divisi Aerospace Rolls Royce Mark King terkait kasus dugaan korupsi dilatarbelakangi oleh pengakuan koleganya, Dick Taylor.
Dikutip dari the Guardian, Kolega Mark King ternyata mengungkap pengakuannya kepada the Daily Telegraph. Peniup peluit yang sudah bekerja di Rolls Royce selama lebih dari tiga dekade itu mengaku mengetahui dugaan suap untuk putra almarhum mantan presiden Soeharto, Tommy Soeharto.
Dick Taylor mengaku mengalami depresi karena koleganya di Indonesia sudah menghabiskan rekening perusahaan. Taylor mengambil pensiun dini dan mengungkapkan pengakuannya kepada senior fraud office (SF0) atau Komisi Antikorupsi Inggris.
Setelah melaporkan SFO, Rolls Royce melakukan investigasi dan menemukan beberapa permasalahan di Indonesia, Cina dan pasar lainnya yang tidak spesifik.
Menurutnya, Tommy Soeharto, anak mantan presiden Soeharto dibayar senilai 20 juta dolar Amerika Serikat dan diberi hadiah sebuah mobil Rolls Royce untuk membuat Garuda mengegolkan pengadaan mesin pesawat berjenis Trent 700.
Dengan keputusannya untuk pergi, dia menjelaskan, "Usai saya memberikan semua hidup untuk Rolls-Royce, mereka menipuku di akhir," ujarnya. Taylor bekerja di Indonesia sebagai manajer teknis liason dan tugasnya terakhir pada 1996 dan 2002.
"Saya selalu jujur dan ini sangat membuat depresi. Saya selalu setia kepada perusahaan,"ujarnya. Taylor mengungkap, tuduhan Tommy Suharto terkait dengan adanya kesepakatan pada 1990 hanyalah satu contoh bagaimana korupsi di bekas perusahaannya.
Direktur Eksekutif Roll Royce John Rishton mengaku akan mengambil semua langkah yang diperlukan terkait kasus ini. "Saya akan membuatnya jelas. Saya dan direksi tak akan menoleransi perilaku bisnis yang tidak layak,"ujarnya.