REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Warga muslim dan polisi Bangladesh terlibat bentrok dalam demonstrasi yang menuntut kebijakan pemerintah agar lebih islamis. Sedikitnya tujuh orang tewas dan 60 orang lainnya terluka dalam bentrokan tersebut.
Sekitar setengah juta pendukung kelompok Hefazat-e Islam berkumpul di ibu kota untuk meminta penguatan kebijakan Islam pada pemerintah, Ahad (5/5). Aksi kemudian membesar dan terjasi pembakaran toko dan kendaraan.
BBC, Senin (5/5), melaporkan, polisi Bangladesh menggunakan peluru karet untuk menghalau demonstran. Ribuan orang melarikan diri ketika polisi mengambil alih kawasan pusat bisnis.
Juru bicara petugas keamanan pada Senin (6/5) mengatakan pihanya telah mengamankan kawasan bisnis dan mencari demonstran yang bersembunyi. Di wilayah sekitar masjid agung di ibu kota berubah menjadi medan pertempuran ketika polisi membalas lemparan batu pendemo dengan gas airmata dan peluru karet.
Pada Ahad lalu, pendemo memblokir jalan dan mengisolasi Dhaka dari pendatang. Surat kabar setempat, Daily Star melaporkan, pendemo menggunakan 3.000 kendaraan termasuk bus, lori, dan minibus untuk pergi ke ibu kota.
Kelompok Hefazat-e Islam meminta pemisahan antara pria dan wanita di sekolah madrasah. Kelompok aktivis wanita menolak tuntutan tersebut.
Pemerintah yang mendeskripsikan Bangladesh sebagai negara sekuler demokrasi juga menolak rencana tersebut. Sementara populasi warga Muslim di negara itu mencapai 90 persen dimana sisanya merupakan warga Hindu.