REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sebuah studi dari Asosiasi Hak-hak sipil di Israel menemukan delapan dari sepuluh warga Palestina di Yerusalem bagian timur hidup dalam garis kemiskinan.
Penelitian ini dilakukan sebagai efek dari kebijakan dasar Israel terhadap hak-hak dasar warga Palestina di Yerusalem bagian timur. "Hasilnya 80 persen warga Palestina berada dalam kemiskinan terburuk sepanjang masa," kata seorang pengawas dari Asosiasi seperti dilansir AFP, Rabu (8/5).
Temuan ini menjadi kado sebuah ironi saat Israel akan "merayakan" pencaplokan Yerusalem bagian timur setelah perang enam hari 1967. Langkah ini hingga hari ini tidak pernah diakui masyarakat Internasional.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan saat ini penduduk Palestina di kota suci tersebut berjumlah 293 ribu dari total 800 ribu penduduk. Studi juga menemukan dibangunnya tembok pemisah Yerusalem bagian timur dan Tepi Barat memperparah kondisi ekonomi dan sosial warga.
"90 ribu warga Palestina di Yerusalem harus melalui pemeriksaan setiap hari hanya untuk bersekolah, bekerja dan mendapatkan pelayanan kesehatan," sebut laporan tersebut.
Sejak tahun 1967 lalu, Israel telah mencaplok sepertiga tanah Palestina di Yerusalem dan mendirikan ribuan apartemen untuk pemukiman Yahudi di kota itu.