REPUBLIKA.CO.ID, PBB, NEW YORK -- Berbagai lembaga bantuan PBB mengerahkan sumber daya guna membantu memenuhi kebutuhan orang yang baru terusir dari rumah mereka di beberapa bagian Kordofan Selatan, Sudan, kata seorang juru bicara PBB kepada wartawan, Jumat (10/5).
"Kantor bagi Urusan Koordinasi Kemanusiaan (OCHA) menyatakan lembaga bantuan sedang mengerahkan sumber daya untuk membantu sebanyak 40.000 orang yang baru terusir dari rumah mereka di Kordofan Selatan, Sudan," kata Martin Nesirky, Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, dalam taklimat harian di Markas PBB, New York.
Di dalam laporan paling akhir mengenai kondisi kemanusiaan di Sudan, OCHA menyatakan warga sipil terus meninggalkan rumah mereka di beberapa bagian Kordofan Selatan sebagai akibat dari pertempuran yang berkecamuk antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan-Utaa (SPLM-N).
Menurut laporan tersebut, lembaga bantuan menduga banyak lagi warga sipil akan meninggalkan rumah mereka dalam beberapa hari ke depan, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu.
"Sementara itu, Dana Anak PBB (UNICEF) menyediakan pasokan kebersihan dan kesehatan guna memenuhi kebutuhan warga sipil yang meninggalkan rumah mereka," kata Nesirky.
Di Kota Kecil Er Rahad di Kordofan Utara, misalnya, UNICEF menyediakan buat Departemen Pengiran, Lingkungan Hidup dan Kebersihan Pemerintah (WES) bantuan kemanusiaan tambahan guna memenuhi keperluan orang yang baru meninggalkan rumah mereka," kata laporan OCHA.
UNICEF juga menyediakan sumber daya buat WES dalam upaya menggali lubang sumur baru, melakukan penjernihan air, membangun 250 toilet darurat, melakukan kegiatan pembersihan lingkungan hidup, serta menyebarkan pesan kesehatan.
Sejak 2011, Kordofan Selatan telah menghadapi bentrokan bersenjata yang terus meningkat antara militer Sudan dan SPLM-N, yang berafiliasi pada Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA) di Sudan Selatan --yang sudah mengumumkan persekutuan dengan sejumlah gerakan bersenjata di Darfur.
Sudan menuduh Sudan Selatan mendukung SPLM-N, yang kebanyakan aktif di Negara Bagian Kordofan Selatan dan Blue Nile serta menolak berunding dengan kelompok tersebut kecuali SPLM-N memutuskan hubungan dengan tentara Sudan Selatan.
Sudan Selatan membantah negara yang baru merdeka itu terlibat dengan gerakan gerilyawan di Sudan tersebut.