REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mulai mengulurkan tangan kepada Badan Atom PBB. Jubir Teheran terkait nuklir, pun menyatakan terjadi kemajuan dalam pembicaraan dengan Badan Atom minggu ini. Sayangnya, para diplomat barat tak yakin pembicaraan tersebut bisa mengakhiri kebuntuan.
Padahal sudah hampir satu tahun Badan Energi Atom Internasional (IAEA) membujuk Iran untuk membiarkan badan tersebut melanjutkan penyelidikan terkait atom. Iran dituduh mengembangkan senjata nuklir, namun mereka menolak dengan menyatakan pengembangan itu untuk tujuan kesehatan.
Pertemuan antara IAEA dengan perwakilan Iran, di Vienna, hari ini (15/5) adalah negosiasi kesepuluh kalinya yang dilakukan kedua belah pihak. Sejak 2012, pembicaraan ini belum menghasilkan persetujuan, khususnya akses IAEA untuk memeriksa lokasi, pejabat dan petugas serta dokumen-dokumen.
Duta Besar Iran untuk IAEA menyatakan pihak dia berharap ada kemajuan dalam pertemuan kali ini. "Kami serius dalam pembicaraan ini," ucap dia.
Cuma Iran mengingatkan IAEA juga harus memberitahu bagaimana investigasi akan dilakukan, sebelum mengizinkan akses masuk. "Tidak akan terjadi sampai kerangka ini (permintaan Iran) dinegosiasikan dan disepakati," kata Soltanieh.
Namun, diplomat barat menyatakan ia tak melihat ada optimisme dalam pertemuan itu. Sebab pembicaraan ini sudah berlangsung sepanjang 17 bulan dan tak menghasilkan apa-apa. Pejabat lain mengatakan tidak berharap adanya hal yang mengejutkan.
Seperti pada Mei tahun lalu, Sekretaris Jenderal IAEA, Yukiya Amano, berharap Iran sepakat untuk memberikan izin setelah ia mengunjungi Teheran. Namun harapan dia ternyata hal yang hampa.
Sebelumnya, pejabat barat menuduh Iran menghalangi kerja IAEA. Selain itu berusaha membatasi ruang inspektur PBB dalam melaksanakan investigasi dengan cara yang mereka inginkan.
Sedangkan Iran mengatakan tuntutan tersebut sudah melampaui kewajiban yang mereka bisa berikan berdasarkan Traktat Non-Proliferasi Nuklir. Iran juga menganggap tuduhan pengembangan nuklir itu berdasarkan laporan palsu intelijen.
Pembicaraan Iran dan IAEA meski terpisah namun juga paralel dengan negosiasi diplomatik antara Teheran dengan enam negara besar lainnya. Khususnya penyelesaian sengketa sepanjang satu dekade yang menganggu perdamaian serta mencegah terjadi perang baru di Timur Tengah.
Israel dan Amerika Serikat sudah mengingatkan Iran kemungkinan serangan militer jika diplomasi dan sanksi tak jua bisa menghalangi program nuklir itu. Teheran mengatakan program tersebut murni memiliki tujuan positif untuk listrik negeri itu.
Berbeda dengan Israel, yang diyakini satu-satunya negara yang memiliki bom atom di Timur Tengah, justru menganggu perdamaian dan stabilitas di wilayah itu.
Iran dan enam negara, Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Inggris Raya, Rusia dan Cina, gagal memecah kebuntuan pembicaraan diplomatik yang dilakukan di bulan April di Kazakhstan.
Pembicaraan Rabu mempertemukan antara negosiator Uni Eropa dan Iran, di Istanbul untuk mendiskusikan soal pembicaraan diplomatik. Meski analis tak berharap ada pembicaraan yang amat penting dari pertemuan itu sebelum pemilihan Presiden Iran, tanggal 14 Juni.
Prioritas utama IAEA adalah mengunjungi pangkalan militer Parchin. Lokasi tersebut diyakini menjadi tempat uji coba dan lokasi bom, sepuluh tahun lalu. Namun Teheran membantah tuduhan itu.