Rabu 15 May 2013 13:47 WIB

Gletser Gunung Everest Mencair

Rep: Nur Aini/ Red: Mansyur Faqih
Studi terbaru menunjukan cairnya saltu di puncak gunung Everest (puncak kedua dari kiri) dan taman nasional yang mengelilinginya
Foto: UPI
Studi terbaru menunjukan cairnya saltu di puncak gunung Everest (puncak kedua dari kiri) dan taman nasional yang mengelilinginya

REPUBLIKA.CO.ID, KINABALU -- Gletser di Gunung Evrest mencair karena pemanasan global. Es yang menutupi titik tertinggi di bumi tersebut telah menyusut 13 persen dalam 50 tahun terakhir. 

Menurut penelitian dari Universitas Milan, batu dan puing-puing alami yang sebelumnya tertutup salju saat ini sudah terlihat di permukaan. Garis salju pun mundur sepanjang 590 meter. 

Para peneliti percaya perubahan tersebut bisa disebabkan gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan manusia. Tim merekonstruksi sejarah glasial menggunakan citra satelit dan peta topografi Everest dan Taman Nasional Sagarmatha seluas 713 mil persegi di sekelilingnya. Analisis statistik menunjukkan mayoritas gletser di taman nasional berkurang. 

Gletser berkurang sekitar 247 acre. Menurun hingga 43 persen sejak 1960an. Suhu rata-rata telah meningkat sekitar 1 derajat fahrenheit sejak 1992. Sejak 1992, curah hujan telah menurun hampir empat inci selama pramuson dan musim dingin. 

"Gletser himalaya dan selubung es menyimpan air bagi Asia dan pasokan air selama musim kemarau. Populasi di bawahnya bergantung pada air yang mencair untuk pertanian, minum, dan produksi," ujar peneliti, Sudeep Thakuri dilansir dailycamera

Pencairan gletser di Himalaya menjadi kontroversi. laporan awal Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim memperkirakan gletser di wilayah itu akan menghilang pada 2035. 

Sementara, penelitian yang dipublikasikan tahun lalu, menunjukkan gletser mundur selama 30 tahun terakhir di dataran tinggi Tibet. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement