REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakatan Rakyat (PR) masih menghendaki Presiden People Justice Party (PJP) Anwar Ibrahim sebagai pemimpin oposisi. Anggota Parlemen PR dari Negara Bagian Melaka, Shamsul Iskandar Akim, mengatakan demikian. Kata dia, kehendak masyarakat di Malaysia masih menganggap Anwar sebagai tokoh perubahan.
Shamsul mengatakan, bahkan kelompok oposisi ini masih menghendaki agar mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia 1993 - 1998 itu kembali bertarung di pemilu raya 2018 mendatang. ''Kami kira, di oposisi, masih dia (Anwar) yang masih pantas (menjadi perdana menteri). Bahkan sampai pemilu 2018 nanti,'' kata Shamsul di Kantor Republika, Jakarta, Rabu (15/5).
Ketua Angkatan Muda Keadilan Malaysia ini pun mengatakan belum ada pertentangan mengenai tokoh pengganti Anwar. Anwar menjadi 'pembelot' rezim penguasa setelah berseberangan dengan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad 1997 silam. Ketegangan itu berujung pada pemecatan Anwar secara tidak hormat sebagai wakil perdana setahun kemudian.
Anwar berambisi menggulingkan rezim UMNO sejak pemecatan itu. Partai penguasa sejak 1957 itu dianggapnya sebagai rezim terkorup, dan rasis. Jika UMNO membawa sentimen etnis Melayu dalam setiap kampanye politik dan kebijakan pemerintahan. Anwar bersama PJP justru mengudarakan gerakan nasionalisme Malaysia. Namun, hingga sekarang usaha Anwar tidak berhasil. Sementara tokoh yang tenar juga di internasional ini, sudah menginjak usia 65 tahun.
Kekalahannya dalam pemilahan raya baru-baru ini dianggap masa terakhir politiknya. Hal tersebut menjadi spekulasi banyak kalangan, siapa pengganti Anwar dalam 'peperangan' politik melawan rezim, dalam pemilu selanjutnya. Shamsul mengatakan, PJP bersama Democratic Action Party (DAP), dan Partai Islam Semalaysia (PAS), masih punya tokoh-tokoh lain. Namun kata dia, peran Anwar di PR belum dapat digantikan.