REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Iran tampaknya mulai melunak terkait pembicaraan nuklir. Hal ini karena Iran menyatakan siap untuk kembali duduk bersama 'kekuatan dunia' untuk berbicara terkait nuklir. Meski begitu Iran tetap meminta hak mereka melakukan pengayaan nuklir tak diganggu gugat.
Kepala tim negosiasi Nuklir Iran, Said Jalili menyatakan mereka siap berbicara kapan pun baik sebelum maupun sesudah pemilihan Presiden Juni mendatang. Pernyataan ini ia sampaikan usai bertemu dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, Kamis sore (16/5).
''Kami siap melanjutkan pembicaraan (dengan enam kekuatan dunia) kapapun mereka mau,'' ucap Jalili yang juga mencalonkan diri sebagai Presiden Iran ini. Enam kekuatan dunia antara lain Amerika Serikat, Rusia, Republik Rakyat Cina, Prancis, Inggris, dan Jerman.
Namun Said tak memberikan jadwal tepat kapan mereka siap membicarakan itu. Pembicaraan antara Said Jalili dengan Catherine Ashton dilakukan terkait gagalnya perundingan Iran dan enam negara besar itu pada bulan April di Almatity, Kazakhstan.
Namun Jalili menegaskan bahwa Iran takkan pernah mengesampingkan hak mereka untuk melakukan pengayaan nuklir. ''Meski setelah pemilihan, rakyat Iran takkan membiarkan hak mereka diambil paksa,'' ucap dia. Ia juga mengatakan dengan alasan itu seharusnya Uni Eropa dan dunia menarik sanksi bagi Iran.
Sebelumnya masyarakat internasional menahan diri untuk menunggu pemilihan Presiden 14 Juni mendatang. Pemilihan presiden kali ini juga menentukan pengganti Mahmoud Ahmadinejad. Jalili yang juga ikut serta dalam pemilihan Presiden adalah kandidat dari kelompok konservatif. Kelompok ini begitu setia dengan Pemimpin spiritual Ayatollah Ali Khamenei, yang menentukan kebijakan nuklir.