Ahad 19 May 2013 19:17 WIB

Demam Berdarah di Singapura Capai 7.000 Kasus

Nyamuk demam berdarah
Nyamuk demam berdarah

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Jumlah kasus demam berdarah di Singapura mencapai 7.000 pada Jumat pukul 15.00 waktu setempat.

Itu lebih tinggi dari jumlah yang dilaporkan untuk seluruh tahun 2012 dan 2011. Ada 4.632 kasus dilaporkan pada 2012 dan 5.330 dilaporkan pada 2011.
Namun demikian terjadi sedikit penurunan jumlah kasus yang dilaporkan dalam sepekan terakhir.

Ada 510 kasus yang dilaporkan dalam pekan yang berakhir 17 Mei hingga pukul 15.00, dibandingkan dengan 562 minggsebelumnya.

Dari 7.000 kasus, 159 berada di lokasi konstruksi. Itu lebih dari dua kali lipat jumlah yang dilaporkan tahun lalu.

Ada 71 kasus yang dilaporkan di lokasi konstruksi pada tahun 2012, sekitar 1,5 persen dari total kasus DB tahun 2012.
Itu membuat naik 2,3 persen dari jumlah kasus DB dilaporkan.

Ho Ngok Yong, ketua SCAL, mengatakan: "Kami ingin memastikan bahwa, sebaiknya nol (persen) bagi semua lokasi konstruksi kita sekarang, Anda dapat melihat bangunan ini, sangat dekat ke tempat-tempat hunian yang sangat dekat saja.. wabah karena itu akan mempengaruhi warga."

Derek Ho, direktur jenderal kesehatan masyarakat di Badan Lingkungan Nasional, mengatakan: "Kami hanya menemukan sekitar lima persen dari habitat peternakan dari situs konstruksi. a

"Bahkan sebagian besar habitat berkembang biak masih di dalam rumah, sekitar 70 persen dari pemuliaan (situs). Tapi kami pikir itu sangat penting bahwa semua pemangku kepentingan dalam masyarakat melakukan bagian mereka untuk memberantas potensi habitat berkembang biaknya nyamuk."

Ada sekitar 638 sarang nyamuk yang ditemukan di lokasi konstruksi sepanjang tahun ini. Sebanyak 722 situs yang ditemukan di lokasi konstruksi pada 2012.

Asosiasi ini telah memobilisasi lebih dari 150 lokasi konstruksi untuk bergabung memerangi demam berdarah.

Perhimpunan telah mengadopsi beberapa praktik untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk di tempat tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement