Senin 20 May 2013 15:25 WIB

Pilot Drone AS Mundur Setelah Bom Anak Kecil

Rep: Nur Aini/ Red: Fernan Rahadi
Drone, pesawat tak berawak
Foto: guardian
Drone, pesawat tak berawak

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang mantan pilot pesawat tanpa awak pembunuh mengatakan mundur dari tugasnya karena melihat anak kecil dan penduduk sipil dibom di Afghanistan. Dia mengaku sadar telah mengembangkan pembunuhan.

Sejak meninggalkan program kontroversial AS lebih dari dua tahun lalu, dia menjadi tunawisma dan menderita gangguan stres pascatrauma. Hal itu umum diderita tentara AS yang berada di garis depan perang.

Dalam sebuah wawancara dengan radio nasional, NPR, mantan pilot drone yang diidentifikasi sebagai Brandon Bryant mengatakan kegelisahannya melihat pemboman di Afghanistan. Dia melihat langsung melalui layar video di samping tombol kontrol drone di suatu negara bagian AS. Dia menembakkan rudal yang dipasang di drone pembunuh.

"Kami menembakkan rudal...setelah asap bersih, anda dapat melihat bagian tubuh manusia," ujarnya dilansir PressTV.

Bryant kemudian menyesal dengan pemboman tersebut. Tapi dia masih melanjutkan program pemboman di Afghanistan dimana dia membom sebuah rumah yang dicurigai milik militan. Namun, dia melihat anak berlarian di sekitar rumah sebelum rudal mencapai target.

"Itu tampak seperti anak kecil..dan rudal menghantam, tidak ada tanda-tanda dari orang ini," ujarnya.

Menurut laporan NPR, Bryant akhirnya mundur dan menjadi tunawisma. Dia tinggal dengan teman-temannya. Dia juga didiagnosis menderita Pasca Traumatic Stress Disorder.

Meski banyak kontroversi dengan program drone, Presiden Obama bersikeras melanjutkan upaya mematikan tersebut. Program itu diklaim untuk membersihkan tersangka teror di negara-negara Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement