Rabu 22 May 2013 09:54 WIB

WHO: Dunia Tak Siap Hadapi Wabah Flu Burung

Rep: Nur Aini/ Red: Hazliansyah
Petugas taman menangkapi burung-burung merpati di taman-taman Shanghai, Cina. Pemerintah meningkatkan upaya untuk menekan wabah flu burun dari strain virus baru, H7N9.
Foto: REUTERS
Petugas taman menangkapi burung-burung merpati di taman-taman Shanghai, Cina. Pemerintah meningkatkan upaya untuk menekan wabah flu burun dari strain virus baru, H7N9.

REPUBLIKA.CO.ID, GENEVA -- Wakil Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Keiji Fukuda mengatakan, dunia tidak siap menghadapi wabah virus flu burung menyusul adanya penyebaran virus H7N9 di Cina. Keiji mengatakan, perencanaan menghadapi masa darurat penting dilakukan. '

"Meskipun kerja sudah dilakukan sejak waktu itu, dunia tidak siap untuk wabah yang luas," ujar dia dilansir dari Arabnews, Rabu (22/5).

Menurut data resmi terbaru, H7N9 flu burung menginfeksi 130 orang di Cina dan menewaskan 35 orang sejak ditemukan pada manusia pertama kali pada Maret lalu. Para ahli berusaha memahami bagamana virus menyebar ke orang di tengah kekhawatiran bahwa virus bisa beradaptasi menjadi bentuk yang dapat menular antarmanusia.

"Setiap virus influenza baru yang menginfeksi manusia memiliki potensi mengancam kesehatan global, " ujar Kepala WHO, Margaret Chan.

Penanganan SARS pada 2003 mendapat kritik karena kurang antisipasi sehingga virus yang semula ditemukan pada hewan menginfeksi manusia dan membunuh 800 orang.

"Setelah virus SARS 10 tahun lalu, pemerintah Cina berinvestasi meningkatkan kapasitas. Kita menuai manfaat dari investasi itu saat ini," kata Chan.

Variasi flu burung yang lebih umum, H5N1 telah membunuh lebih dari 360 orang sejak menyebar secara global pada 2003. Cina dianggap sebagai salah satu negara dengan risiko flu burung lebih besar karena produsen unggas utama dunia. Banyak ayam di daerah pedesaan yang tetap dekat dengan manusia.

Sementara itu, virus mematikan lainnya ditemukan di Arab Saudi yang saat ini telah menginfeksi 30 orang. "Ini merupakan situasi global yang tidak biasa," ujar Fukuda.

Fukuda mengatakan, novel coronavirus lebih kompleks dibandingkan menangani H7N9. "Ada informasi tapi kurang, bahkan kurang pemahaman. Kami tidak tahu mana yang akan berkembang," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement