REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Untuk mengenang jasa kepahlawanan para muslim yang mempertaruhkan nyawa mereka demi menyelematkan orang-orang Yahudi dalam Perang Dunia II, masyarakat Yahudi di New Jersey menyelenggarakan pameran. Pameran tersebut bertujuan untuk mengenang saat mereka dilindungi umat islam di Albania dari kebrutalan Nazi.
Duta Albania untuk PBB, Ferit Hoxha, mengatakan sejarah telah mencatat bahwa tak ada seorang yahudi pun yang diserahkan di Albania waktu itu. “Semua orang Yahudi disana selamat dari pertempuran itu,” ujarnya seperti dikutip dari onislam.
Pameran ini digelar di Perpustakaan umum Brunswick Selatan di awal bulan ini, untuk mengenang saat penguasa Muslim di negara kecil Eropa menyambut orang-orang Yahudi sebagai tamu di negaranya.
Menurutnya, Raja Albania Zog, yang memerintah di tahun 1928-1939, secara pribadi menyembunyikan para kaum Yahudi yang melarikan diri ke Albania akibat siksaan keras dari Nazi pada kaum Yahudi di Jerman tahun 1939.
Sang Raja juga menginstruksikan agar pihaknya memberikan visa bagi orang Yahudi dan mengutus para penjaga agar mengijinkan orang-orang yang berada di perbatasan masuk ke dalam negaranya. “Tak ada orang asing disini, hanya tamu,” ujar Hoxha, menirukan sang raja waktu itu.
Pameran ini berlangsung hingga akhir Mei ini. Di dalamnya terpampang foto-foto yang disusun oleh para fotografer Amerika bernama Norman Gershman, dalam bukunya BESA: Muslims who Saved Jews during World War II (Para muslim yang menyelamatkan Yahudi ketika Perang Dunia II).
Perpustakaan tersebut juga menayangkan sebuah film dokumenter BESA: The Promise, berdasarkan pada pekerjaan Norman yang menampilkan wawancara dengan anak-anak dan cucu para muslim penyelamat juga dari pihak Yahudi yang diselamatkan.
Sebelum terjadi Perang Dunia II, hanya ada 200 orang Yahudi yang tinggal di Albania, yang mayoritas penduduknya muslim dari total penduduk sebanyak 800 ribu. Setelah perang meletus, banyak orang Yahudi yang mencari perlindungan di Albania, ketika mereka melarikan diri dari penganiayaan Nazi di beberapa negara Eropa. Israel pun menghormati 63 rakyat Albania sebagai “Pahlawan Negara”, penghargaan yang diberikan pada orang Non Yahudi yang menyelamatkan orang Yahudi dari penganiayaan Nazi.
Melakukan perjalanan dari satu negara ke negara lainnya, Norman yang memeluk Yahudi merasa terdorong untuk menceritakan kisah-kisah dalam rangka melawan sentimen anti-muslim. “Kita harus menyerukan kisah yang benar bagi generasi penerus kita,” ujarnya di hadapan forum berisi 200 orang.
Ketakutan pada Islam yang dialami sekarang, menurutnya salah. “Kita harus melawannya,” ujarnya.
Program ini disponsori oleh Sisterhood of Salaam/Shalom, sebuah komunitas lokal yang beranggotakan para perempuan muslim dan Yahudi, yang didedikasikan untuk mempererat persahabatan dan pemahaman antarkedua agama ini.