REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan rezim Israel memasok rumah sakit (RS) Gaza dengan gas yang digunakan untuk keperluan anestesi, tapi berpotensi membunuh.
Israel yang merupakan satu-satunya pemasok gas nitrous oksida rumah sakit Gaza, memberi mereka gas karbondioksida yang diklaim sebagai nitrous oxide. Empat pasien meninggal setelah menghirup gas karbondioksida, bukan nitrous oxide selama operasi bedah.
Menteri Kesehatan Gaza, Ashraf Al-Qudra menggambarkan rezim Tel Aviv berbuat kejahatan tidak etis. "Kami menilai Israel bertanggungjawab penuh atas tindakan membahayakan kehidupan pasien kami," katanya seperti dilansir PressTV, Selasa (28/5).
Menurut Al-Qudra, hal itu merupakan upaya lain Israel untuk membuat kehidupan rakyat Gaza sulit. Israel adalah satu-satunya pemasok gas nitrogen dan tidak ada orang lain yang bisa disalahkan kecuali pendudukan Israel.
Nitrous oksida yang dicampur dengan oksigen diberikan kepada pasien untuk meringankan rasa sakit dan menginduksi tidur sebelum operasi. Para ahli mengatakan penggantian nitrous oxide dengan karbondioksida akan menyebabkan serangan jantung dan dapat menyebabkan kematian.
Organisasi hak asasi manusia melaporkan ratusan warga Gaza tewas dalam setahun terakhir karena akibat langsung dari blokade Israel.
Asosiasi HAM, Al-Dameer menyerukan penyelidikan internasional atas apa yang digambarkan sebagai kejahatan baru Israel.
"Israel telah lama melakukan kejahatan terhadap pasien Palestina. Mengganti gas medis itu tidak mengejutkan kami. Kami meminta WHO dan Palang Merah melakukan investigasi terhadap kasus ini," kata Al-Dameer.