Rabu 29 May 2013 20:57 WIB

Oposisi Suriah Ultimatum Hizbullah

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Citra Listya Rini
Hizbullah - ilustrasi
Hizbullah - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pasukan Oposisi secara resmi memperingatkan Hizbullah untuk menghentikan keterlibatan mereka dalam Perang Suriah. Jika tidak, maka pasukan oposisi akan menyerang kembali Hizbullah dengan segala cara.

Pemimpin Dewan militer oposisi, Brigjen Salim Idris menyatakan oposisi mengultimatum Hizbullah untuk menghentikan bantuan kepada Pemerintah Assad dalam waktu 1x24 jam. ''Jika tidak kami akan memburu Hizbullah, dimanapun mereka berada,'' ucapnya ketika diwawancarai Al Arabiya, Rabu (29/5).

Semua orang tentu saja akan mengamini tindakan pasukan pembebasan Suriah. Karena, lanjut dia, Hizbullah telah melakukan pembantaian rakyat Suriah.

Qusair hingga kini menjadi pusat pertempuran antara pasukan oposisi melawan pemerintah yang dibantu Presiden Bashar Al Assad. Hizbullah yang dibantu Iran telah mengirimkan 1.700 pejuangnya selama satu minggu terakhir untuk menggempur oposisi.

Awalnya Hizbullah menyatakan hanya ingin melindungi 13 desa di Suriah yang sangat penting bagi kaum Syiah. Namun, ternyata pejuang Hizbullah malah mengepung al Qusair sebelum pasukan pemerintah Suriah menyerang kota berpenduduk 25 ribu jiwa itu.

Keterlibatan Hizbullah, menurut AFP akan menjadi topik utama rapat dewan PBB. Draft resolusi, yang dikeluarkan pada selasa lalu menyebutkan, mengutuk keterlibatan pasukan asing dalam bentrok senjata di al Qusair. Secara implisit, PBB mengutuk keterlibatan Hizbullah dalam perang itu.

Sementara itu Senin, oposisi menyatakan bentrok juga terjadi di Damaskus, distrik Ghouta. Selain itu juga oposisi melaporkan ribuan pejuang Hizbullah dilatih di pusat intelejen Suriah, di Al Masraf dekat bandara internasional Damaskus. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement