REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Ratusan keluarga muslim di Myanmar ditampung di sebuah biara Buddha yang dijaga ketat, Kamis (30/5). Menyusul aksi kekerasan yang terjadi dua hari belakangan ini di Kota Lashio, Myanmar utara.
Sekitar 1.200 warga muslim dibawa ke Biara Mansu setelah massa Buddha meneror kota, Rabu (29/5). Sebelumnya, pemerintah setempat dikritik karena merespon lambat kekerasan agama.
Kerusuhan di Lashio, sebuah kota yang berjarak 700 km dari Yangon menunjukkan kekerasan anti-Muslim sudah menyebar. Satu orang tewas dan lima orang terluka dalam bentrokan Rabu lalu.
Korban yang tewas adalah seorang warga Muslim dan lima orang yang terluka adalah umat Buddha. Seorang wartawan juga dilaporkan diserang massa Buddha.
Seorang perwira senior polisi mengatakan 300 tentara dan 200 polisi menjaga keamanan di Lashio. Kota itu dihuni 130 ribu orang. Pihak berwenang bergerak untuk membendung kekerasan dengan mengerahkan tentara dan memblok jalan untuk menghentikan pembuat onar masuk kota.
Juru bicara Presiden, Ye Htut mengatakan 25 orang diselidiki terkait kekerasan. Ketika kerusuhan agama meletus di pusat kota Meikhtila Maret lalu, butuh tiga hari pertempuran hingga otoritas mengambil tindakan tegas.
Kekerasan kemarin dipicu laporan seorang pria muslim membakar seorang wanita Budha. Ne Win (48 tahun) dilaporkan menyiram bensin ke Aye Aye Win dan membakarnya.
Setelah polisi menahan Ne win, massa Budha mengepung kantor polisi dan menuntut dia diserahkan. Kepala biksu dari Biara Mansu mengatakan kepada massa untuk menghormati hukum. "Setelah itu mereka pergi dan membakar masjid," ujar Ye.
Adapun jumlah warga Muslim sekitar lima persen dari sekitar 60 juta penduduk Myanmar. Kerusuhan paling serius terjadi di negara bagian Rakhine Juni tahun lalu.