REPUBLIKA.CO.ID,MOSKOW -- Ayah seorang imigran Chechnya yang ditembak mati di Florida saat dimintai keterangan FBI terkait insiden bom Marathon di Boston 15 April, mengklaim putranya tewas akibat tembakan “gaya eksekusi.”
Dalam konferensi pers di Moskow hari Kamis ( 30/5), Abdul-Baki Todashev memperlihatkan foto jasad seorang pemuda yang mirip anaknya, Ibragim, dengan kurang-lebih tujuh luka tembak. Abdul-Baki Todashev menyebut mereka yang menembak putranya adalah "bandit-bandit" yang harus diadili.
Ibragim Todashev ditembak mati di kota Orlando tanggal 22 Mei. FBI mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari sama bahwa seorang agen khusus FBI, bersama dengan dua polisi Negara Bagian Massachusetts dan aparat penegak hukum lainnya, sedang meminta keterangan Todashev sehubungan dengan penyelidikan pemboman Marathon Boston, dan bahwa ia ditembak setelah ia memulai "konfrontasi dengan kekerasan."
Menurut FBI, agen khusus tersebut “mengalami luka yang tidak mengancam jiwa" dalam insiden itu.
Setelah kejadian itu, sebagian media Amerika mengutip pejabat Amerika yang tidak disebut namanya yang mengatakan bahwa Todashev, olahragawan beladiri berusia 27 tahun, telah menyerang agen itu dengan pisau.
Washington Post mengutip seorang pejabat Amerika yang tidak disebut namanya mengatakan bahwa Todashev telah menerjang agen itu tetapi tanpa bersenjata.
FBI mengatakan bahwa pihaknya sedang mengkaji ulang insiden itu untuk menentukan "wajar tidaknya penerapan kekuatan yang mematikan” itu. Council on American-Islamic Relations, sebuah organisasi aktivis di Amerika, hari Rabu mengatakan pihaknya meminta divisi HAM Departemen Kehakiman agar menyelidiki insiden tersebut.