REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Masalah pelemahan kurs mata uang tidak hanya terjadi di Indonesia. Korea Utara (Korut) juga mengalami hal serupa terhadap mata uang won.
Sebuah studi menunjukkan, mata uang Amerika Serikat dan Cina lebih banyak dipakai untuk perdagangan daripada mata uang nasional negeri komunis itu.
Penggunaan Yuan Cina dan Dolar AS telah meningkat sejak revaluasi Won Korea Utara pada 2009. Revaluasi menyapu habis tabungan jutaan penduduk negara komunis tersebut.
Menurut laporan Daily NK, sebuah website yang menginformasikan tentang Korea Utara, sejak revaluasi, won telah kehilangan 99 persen nilainya terhadap dolar di pasar gelap. Padahal Korut merupakan salah satu negara yang paling tertutup di dunia.
Nilai won di pasar gelap telah jatuh dari 30 per dolar AS menjadi 8.500 won per dolar, berdasarkan laporan yang dilacak oleh Daily NK. Sedangkan kurs resmi saat ini adalah sekitar 130 won per dolar.
Sejak revaluasi, masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap won dan mulai menggunakan mata uang Yuan Cina dan dolar AS.
"Orang-orang membayar dalam yuan untuk membeli beras dan kebutuhan sehari-hari di pasar," ujar Ji Seong-ho, seorang pembelot Korut yang tinggal di Korea Selatan, seperti dilansir laman Reuters, Senin (3/6).
Ahli ekonomi berpendapat besarnya penggunaan mata uang Cina dan AS ini merupakan gambaran gamblang tentang sejauh mana kepemimpinan Kim Jong-un telah kehilangan kontrolnya terhadap ekonomi.
Ekonom melihat akan semakin sulit bagi ibukota Korut Pyongyang untuk mengimplementasikan kebijakan ekonomi.