Rabu 05 Jun 2013 23:59 WIB

Rusia Segera Sidangkan Para Demonstran Anti-Putin

Massa oposisi Rusia berunjuk rasa menentang pemerintahan Putin
Foto: UPI
Massa oposisi Rusia berunjuk rasa menentang pemerintahan Putin

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW--Duabelas warga Rusia menjalani persidangan di Moskow pada Rabu (5/6). Mereka menghadapi tuduhan kekerasan dalam unjukrasa besar-besaran menentang Presiden Vladimir Putin pada tahun lalu.

Menurut sejumlah kritikus, langkah itu adalah jerat hukum beraroma politik untuk menghancurkan gerakan oposisi, yang masih "hijau".

Terdakwa yang menjalani persidangan adalah peserta peristiwa yang oleh Kremlin disebut "kerusuhan massa" di lapangan Bolotnaya di pusat kota Moskow dalam unjukrasa pada 6 Mei 2012. Peristiwa itu berlangsung sehari sebelum pelantikan Putin untuk masa jabatan ketiga kepresidenannya.

Persidangan tersebut menyusul tokoh pemimpin unjukrasa paling karismatik, Alexei Navalny, yang menjalani sidang dengan tuduhan menyebabkan kerugian pemerintah daerah melalui kesepakatan penggelapan kayu.

Setelah menyatakan keinginannya maju sebagai calon presiden, ia akan terganjal untuk mencalonkan diri apabila diputuskan bersalah.

Kasus lapangan Bolotnaya melibatkan sedikit-dikitnya 27 orang. Dua di antaranya mengaku bersalah dan telah dijatuhi hukuman empat tahun setengah dan dua tahun setengah. Sementara sisanya kebanyakan telah menjalani penahanan prapersidangan selama setahun.

Aksi tersebut melibatkan puluhan ribu orang berjalan kaki menuju lapangan Bolotnaya sembari membawa anak-anak, poster beserta balon buatan sendiri. Saat itu aksi lebih mirip unjukrasa damai selama musim dingin 2011-2012 menyusul pemilihan umum parlemen yang menurut sejumlah pengamat dipenuhi kecurangan besar-besaran.

Meski demikian, saat mendekati lapangan, kerumunan massa dihadang pasukan polisi. Kebanyakan peserta aksi tidak pernah mencapai lokasi yang diinginkan.

Sebagian besar massa panik setelah menghabiskan beberapa jam disinari terik matahari dan mengetahui tidak bisa melanjutkan perjalanan sesuai rutenya.

Tidak jelas siapa yang melancarkan serangan lebih dulu, tetapi kerusuhan pecah antara demonstran dan polisi telah menyebabkan belasan orang cedera. Terjadi perusakan terhadap toilet-toilet umum serta penggunaan semprotan merica hingga menghasilkan ratusan orang diamankan.

Tim penyelidik dari pemerintah menyebut peristiwa itu sebagai kerusuhan massa terencana yang bertujuan menciptakan kekacauan di seantero negeri.

Hanya saja aporan independen dari sebuah kelompok pembela hak asasi manusia Rusia menyimpulkan bahwa pertikaian terjadi akibat provokasi dari pihak berwenang.

Mereka yang akan menjalani persidangan pada pekan ini tersebar berumur sejak anarkis muda berusia 19 tahun Alexandra Dukhanian hingga fisikawan berusia 51 tahun Sergei Krivov.

Tidak ada tokoh terkenal dari pergerakan oposisi, dan bagi beberapa orang, aksi 6 Mei tersebut adalah kali pertama mereka turun ke jalan.

"Tujuan kasus ini untuk menakut-nakuti," kata pengacara Lutskevich, Dmitry Dinze kepada AFP.

"Tim penyelidik mengambil satu orang dari setiap kelompok sosial untuk menjebloskan mereka ke penjara demi memulai persidangan. Mereka memperlihatkan kepada masyarakat siapapun dapat didakwa karena ikut unjukrasa."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement