Kamis 06 Jun 2013 07:49 WIB

Jumlah Warga yang tak Punya Rumah di Australia Meningkat

Red:
Tuna Wisma (ilustrasi)
Tuna Wisma (ilustrasi)

CANBERRA --Jumlah pengemis alias tunawisma di Australia meningkat tajam. Pemerintah didorong segera memperbaharui kesepakatan kebijakan pengalokasian anggaran untuk  mengatasi masalah ini.

Laporan yang diterbitkan Dewan Pemerintah Australia menunjukan angka warga yang tidak memiliki rumah layak huni meningkat cukup signifikan dalam lima tahun terakhir sejak 2011.

Meskipun pada 2008 lalu, mantan PM Kevin Rudd,  telah menetapkan target penurungan angka tuma wisma. Target sementara Dewan Pemerintah Australia,  angka tuna wisma hanya bisa diturunkan sebesar 7 persen pada tahun ini. Mantan Menteri Besar Victoria,  Jhon Brumby mengatakan target itu sudah pasti tidak akan tercapai. ''Itu karena kebutuhan rumah meningkat pesat jauh melampaui penyediaan,” kata brumby

Angka sensus tahun 2011 menunjukan tunawisma yang tidur di sembarang tempat menurun 6 persen, tetapi secara keseluruhan orang yang tidak memiliki rumah jumlahnya meningkat sebesar 17 persen.

Pemerintah menurutnya perlu melakukan terobosan untuk menurunkan jumlah tunawisma dengan langsung menyasar pada kelompok tunawisma akut.

 Masalah tunawisma ini lagi-lagi menurut Jhon Brumby sanngat kompleks. Dan membutuhkan perhatian dari pemerintah karena meliputi orang-orang yang tinggal di rumah penampungan atau rumah sementara.

Kebanyakan warga asing

Peningkatan jumlah tunawisma ini juga mencakup orang yang tinggal secara berdesak-desakan dalam satu rumah. Dewan Refromasi Pemerintah Australia mengatakan 41.000 orang tinggal dalam kondisi seperti itu dimana dua per tiganya adalah warga asing yang lahir di luar negeri.

Paul Andrews  dari NGO Misi Australia mengatakan kondisi ini menjadi pemandangan umum di wilayah kerja mereka terutama di Sydney Barat. "Di kawasan ini,  keluarga pengungsi yang terdiri dari 3-4 keluarga, berbagi ruangan untuk  tidur  di sebuah ruangan sempit atau 1 unit apartemen yang kecil," kata Andrews.

“Mereka memilih tinggal seperti itu,  karena mereka nyaman dengan jaringan komunitasnya, sehingga tidak perlu ditanya-tanya,  tapi juga karena mereka  tidak mampu menyewa rumah tinggal yang layak  dikawasan itu karena terlalu mahal,’kata Andrew.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement