Senin 10 Jun 2013 13:26 WIB

PBB Tuding Papua Nugini dan Melanesia Gagal Lindungi Wanita dari Kejahatan Sihir

Red:
Praktik Sihir
Praktik Sihir

CANBERRA -- PBB mendesak tindakan cepat untuk melindungi wanita-wanita di Negara Melanesia dari kekerasan terkait sihir. PBB  mengatakan praktik kebudayaan sihir yang menjurus pada penyiksaan dan pembunuhan tidak dapat ditolerir. Menurut PBB, wanita-wanita di Melanesia membutuhkan perlindungan dan dukungan mendesak dari praktik semacam itu.

Nancy Robinson,  Perwakilan Komisioner Tinggi PBB untuk kawasan Melanesia mengatakan pemimpin politik di Port Moresby harus  segera bertindak. “Otoritas Papua Nugini telah menandatangani banyak konvensi PBB oleh karena itu mereka berkewajiban memastikan perlindungan bagi wanita dari kejahatan terkait sihir ini,” katanya.

“Kami melihat mereka telah gagal, karenanya kita perlu mendesak pemerintah melakukan rencana aksi yang efektif  untuk melindungi wanita-wanita tersebut,'' tambahnya.

Pernyataan Nancy Robinson dikemukakannya pada hari terakhir konferensi yang menyoroti soal praktik pembunuhan terkait sihir di Melanesia yang digelar Universitas Nasional Australia di Canberra.

Ia menyambut baik penghapusan UU Sihir di PNG yang disebutnya sebagai langkah positif, karena penghapusan itu memungkinkan pembunuhan terkait sihir bisa diproses hukum.

Robinson mendesak pemerintah Papua Nugini untuk mengarusutamakan masalah kekerasan terkait sihir dan kekerasan berbasis gender ini dengan aturan kebijakan dan penegakan hukum.

Menurutnya Papua Nugini juga perlu menanggulangi kondisi struktural di negaranya yang masih mengasingkan perempuan dari partisipasi politik dan terus termarginalkan di masyarakat. “Ini bukan persoalan praktik budaya saja, tapi juga menyangkut hak untuk hidup dan jurisprudensi kejahatan,  itu praktik pembunuhan,” katanya

Semua Tutup Mulut

Lilly, aktifis pembela HAM dari dataran tinggi Papua Nugini mengatakan ada masalah kurangnya dukungan bagi korban trauma dan juga budaya tutup mulut.  “Orang-orang tidak membicarakan hal itu,  bagi komunitas di Papua Nugini hal itu aib. Ini adalah kepercayaan yang begitu mendarah daging kalau orang-orang percaya bahwa sihir itu ada dan orang-orang yang disiksa sebagai penyihir mereka tidak membicarakannya. Semua orang tetap diam. "

Di masyarakat yang didominasi laki-laki, perempuan biasanya menjadi korban dari kekerasan yang disebutnya sangat tidak manusiawi.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement