REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Kisruh di Suriah yang terus berlarut-larut membuat Amerika Serikat akan turun tangan. Saat ini, di Gedung Putih, sedang dilakukan serangkaian pertemuan antara pejabat militer dengan staf kepresidenan untuk menghasilkan keputusan apakah AS akan mempersenjatai pihak oposisi Suriah atau tidak.
Para pejabat Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan AS telah mempersiapkan unsur-unsur yang utama bagi pertemuan tingkat tinggi yang rencananya akan dilakukan besok (Rabu, 12/6) antara Presiden Barack Obama dan para staf keamanan nasionalnya.
Pertemuan ini menjadi sangat mendesak karena keprihatinan bahwa pasukan pro-pemerintah yang didukung oleh Iran dan milisi Hizbullah Lebanon mungkin memperoleh akan memenangkan pertempuran.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki mengatakan "serangkaian pilihan yang lebih luas" telah dipersiapkan untuk menjadi pertimbangan bagi presiden Obama. Para pemimpin oposisi Suriah telah memperingatkan Amerika bahwa pemberontakan mereka bisa menghadapi kerugian parah tanpa dukungan yang lebih besar.
Sebanyak 5.000 pejuang Hizbullah sekarang berada di Suriah, membantu pihak pemerintah meneruskan operasi militernya setelah menduduki kota Qusair di dekat perbatasan Lebanon pekan lalu. Pasukan Suriah tampaknya sekarang siap untuk menyerang kota Homs yang strategis itu.