REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM -- Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memberi isyarat untuk membatasi perluasan permukiman Yahudi. Isyarat ini juga bermakna Israel siap kembali duduk di meja perundingan damai dengan Palestina.
Netanyahu dalam rapat tertutup dengan anggota Parlemen komite Pertahanan dan Luar Negeri menyatakan ingin melanjutkan pembicaraan damai. Israel memang menginginkan pembicaraan damai, namun pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat bisa terus berlanjut secara cerdas.
''Kita haruslah cerdas dalam hal itu (pembangunan pemukiman), tak hanya tepat,'' kata Netanyahu melalui rilis yang diterima Reuters, Senin (10/6).
Meski begitu, ia meyakini pembangunan pemukiman Yahudi takkan mengubah kesepakatan secara substansial. Permukiman yang dimaksud adalah blok-blok yang ditempati pemukim Yahudi, seperti di Ariel dekat kota Nablus, di Gush Etzion, di Betlehem.
Seperti dikutip Haaretz, Netanyahu mengatakan negosiasi damai sebenarnya tergantung Palestina. ''Mau atau tidak menerima negara Yahudi,'' ucapnya.
Pembicaraan damai antara Palestina dan Israel terpaksa tertunda karena Zionis tetap membangun permukiman Yahudi. Hingga kemudian Menteri Luar Negeri John Kerry berinisiatif untuk kembali menghidupkan pembicaraan damai.
Pembicaraan damai yang digagas John Kerry ini juga bertujuan untuk mendirikan negara Palestina di atas wilayah dicaplok Israel dalam Perang Arab-Israel 1967. Reuters menyebutkan pembicaraan antara Netanyahu dan parlemen dilakukan secara tertutup. Hingga kemudian pejabat pemerintah merilis pernyataan tertulis kepada wartawan.