REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Calon presiden Iran dari kubu konservatif Saeed Jalili, Rabu (12/6), mengatakan perlawanan terhadap tekanan musuh mengenai masalah nuklir negeri itu adalah pendekatan yang paling realistis.
Jalili, kepala Perunding Nuklir Iran, selama pidato kepada pendukungnya di Ibu Kota Iran --Teheran-- pada hari teakhir kampanyenya, mengatakan berkat perlawanannya, bangsa Iran telah menjadi kekuatan regional dan internasional.
Semua kampanye harus berakhir paling lambat pada pukul 08.00 waktu setempat (10.30 WIB), Kamis, 24 jam sebelum pemungutan suara dimulai pada Jumat.
Jalili (48) ditantang bukan hanya oleh pesaing dari kelompok demokrat, Hassan Rouhani, tapi juga dari calon lain Mohammad-Baqer Qalibaf --Wali Kota Teheran, dan calon independen Mohsen Reazei, mantan komandan militer.
Jalili telah mengatakan ia takkan mencabut pencalonannya untuk menguntungkan calon lain, demikian laporan Xinhua. Ia juga berjanji untuk tidak akan menghentikan hak nuklir Iran tapi malah akan menerapkan kebijakan perlawanan terhadap tekanan Barat jika ia menang dalam pemilihan umum.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Iran, hampir 50,5 juta orang Iran memenuhi syarat untuk memberi suara mereka guna memilih calon yang diloloskan oleh Dewan Pengawal Undang-Undang Dasar Iran.