Jumat 14 Jun 2013 15:28 WIB

Perjalanan Edward Snowden Sebelum Jadi Pembocor Rahasia CIA

Rep: Nur Aini/ Red: Mansyur Faqih
  Para pengunjuk rasa memegang poster foto Edward Snowden, mantan karyawan CIA yang membocorkan informasi rahasia tentang program pengintaian AS, di luar gedung Konsulat Jenderal AS di Hong Kong, Kamis (13/6).    (AP/Kin Cheung)
Para pengunjuk rasa memegang poster foto Edward Snowden, mantan karyawan CIA yang membocorkan informasi rahasia tentang program pengintaian AS, di luar gedung Konsulat Jenderal AS di Hong Kong, Kamis (13/6). (AP/Kin Cheung)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan anggota CIA, Edward Snowden membocorkan rahasia Amerika Serikat yang memata-matai Hongkong dan Cina. Sebelum bekerja di CIA, dia belajar terkait keamanan komputer. 

Menurut sumber yang dilansir Reuters, Snowden mengaku kepada bosnya mengambil kelas komputer di Universitas Johns Hopkins di Baltimore. Dia juga mendapat sertifikat dari kampus Universitas Maryland di Tokyo. 

Pada 2013, dia mengejar gelar master di bidang keamanan komputer dari Universitas Liverpool di Inggris. 

Seorang juru bicara John Hopkins mengatakan dia tidak bisa menemukan catatan kehadiran Snowden. Namun, Snowden kemungkinan mengambil kursus korespondensi sehingga tidak tercatat. 

Seorang pejabat Maryland mengonfirmasi Snowden menghadiri setidaknya satu kelas musim panas. Seorang juru bicara Liverpool mengatakan Snowden terdaftar mengambil gelar master online di bidang keamanan komputer pada 2011 tetapi tidak menyelesaikannya. 

Snowden lahir pada 1983 di North Carolina. Dia dibesarkan di pinggiran kota Maryland dekat markas Badan Keamanan Nasional AS. Dia meninggalkan SMA di kelas 10. Pada usia 18 tahun, dia bekerja sebagai webmaster di Ryuhana Press yang mempromosikan seniman anime Jepang. 

Snowden mulai memposting komentar di forum Ars Technica pada 29 Desember 2001. Dia meminta bantuan bantuan teknis untuk karyanya di situs anime dan sebuah perusahaan situs web, Clockwork Chihuahua. 

Pada awal 2002, Snowden menulis online keinginannya untuk bekerja di Jepang. "Hal ini tidak cukup masuk akal, tapi aku selalu bermimpi bisa membuatnya di Jepang," ujarnya. 

Di Ars Technica, Snowden memberi banyak nasihat. Dia mengeluhkan biaya hidup tinggi dan repotnya komuter di Washington. 

Kita semua berada di kapal gila ini bersama. Semoga beruntung, kamerad."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement