REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan populasi dunia akan meningkat dari 7,2 miliar saat ini menjadi 8,1 miliar pada 2025. Pertumbuhan tertinggi diprediksi akan terjadi di negara-negara berkembang dan lebih dari setengah wilayah Afrika. Pada 2050, penduduk dunia diprediksi berjumlah 9,6 miliar.
Populasi India diprediksi akan melebihi Cina pada 2028. Saat itu, populasi keduanya akan mencapi 1,45 miliar sesuai data World Population Prospects. Populasi India diperkirakan akan tumbuh hingga 1,6 miliar lalu turun menjadi 1,5 miliar pada 2100. Sementara Cina, diperkirakan akan mulai mengalami penurunan populasi setelah 2030 hingga jumlah penduduknya sekitar 1,1 miliar pada 2100.
Laporan itu menunjukkan tingkat fertilitas global berkurang cepat. Namun, warga dunia tak cukup cepat untuk menghindari pertumbuhan populasi yang signifikan beberapa dekade ke depan. Faktanya, PBB terus merevisi prediksi populasi masa depan sejak dua tahun lalu. Ini dikarenakan prediksi fertilitas yang lebih tinggi di negara-negara yang tingkat kelahirannya tinggi. Prediksi sebelumnya mencatat populasi dunia akan mencapai 9,3 miliar pada 2050.
John Wilmoth, direktur Divisi Populasi di Departemen Ekonomi dan Hubungan Sosial, mengatakan prediksi peningkatan populasi dunia ini cenderung menjadi tantangan dunia, bukan tanda bahaya. Namun, ada kekhawatiran terhadap dua negara di dua sisi ekstrem. Pertama adalah negara-negara miskin yang pertumbuhan penduduknya terlalu cepat. Kedua adalah negara dengan mayoritas penduduk usia lanjut dan jumlah populasinya cenderung menurun.
''Dunia sangat berpengalaman dengan pertumbuhan populasi yang cepat,'' kata Wilmoth dalam konferensi pers, Kamis (13/6). ''Masalanya bukan pada salah satu satu sisi ekstrem. Masalah utamanya adalah menemukan cara mengurangi negara-negara dengan kedua sisi ekstrem tadi,'' kata Wilmoth.