REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Polisi akhirnya mampu menguasai alun-alun kota Istanbul. Setelah tak mengindahkan peringatan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan, polisi merangsek masuk dan membubarkan demonstran yang bercokol di alun-alun Taksim.
Semenjak Ahad (16/6) pagi, para pekerja bangunan menggunakan buldoser untuk membersihkan Alun-Alun kota Istanbul. Mereka membersihkan puing-puing setelah dua pekan di duduki pengunjuk rasa. Beberapa polisi juga ikut serta membantu membersihkan alun-alun kota itu.
Sabtu (15/5) malam sebelumnya, pengunjuk rasa memasang barikade untuk menahan serbuan polisi yang bersenjatakan gas air mata. Ratusan polisi berhelm putih pun memasuki taman dan membubarkan demonstran secara paksa.
Hanya sedikit perlawanan yang dilakukan karena kebanyakan sibuk menahan napas karena tak kuat dengan semburan gas. Kerusuhan dan demonstrasi massal ini mulanya hanya dipicu protes pembangunan replika barak militer di salah satu sudut Alun-Alun Taksim.
Namun, serangan brutal polisi pun menimbulkan amarah sebagian rakyat dan memilih untuk berdemonstrasi. Puluhan ribu orang berdemonstrasi di Turki yang kemudian meminta Perdana Menteri Erdogan untuk turun.
Erdogan pun kemudian mengajak berdiskusi dan menawarkan referendum untuk pembangunan di Taman Gezi. Bahkan, ia menyatakan akan tunduk dengan perintah hukum pengadilan jika memang pembangunan tersebut dianggap tak layak.