REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Ketika rakyat berpesta pora di jalan-jalan, presiden terpilih Iran yang baru langsung fokus kepada ekonomi negeri. Hassan Rouhani mengatakan persoalan pelik Iran tak mungkin bisa selesai hanya dalam satu malam.
Ia berkonsultasi dengan para ulama untuk menentukan kebijakan baru terkait ekonomi di Iran. Rouhani yang secara mengejutkan mampu meraih suara mutlak memang sejak lama mengkritik kebijakan ekonomi mantan Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad.
Bahkan ketika masa kampanye, ia sudah mengatakan keterpurukan Iran disebabkan manajemen yang salah dari pemerintah. Meski begitu ulama yang didukung kaum reformis ini mengakui bahwa sanksi ekonomi Amerika Serikat juga ikut merontokkan rial, mata uang Iran.
Persoalan ekonomi memang menjadi salah satu tantangan terberat Rouhani sebagai Presiden Iran. Karena Iran menderita inflasi lebih dari 30 persen serta peningkatan angka pengangguran hingga 14 persen. Penyebab utama rontoknya ekonomi dan penjualan minyak Iran adalah akibat sanksi dunia internasional terkait program nuklir Iran.
Rouhani sebelumnya telah menyerukan agar Iran membuka diri kepada dunia internasional, meski tak memiliki banyak wewenang terkait program nuklir. Kantor berita ISNA melaporkan Rouhani membahas inflasi dan pengangguran dengan anggota kabinet parlemen Iran yang berasal dari golongan konservatif, Ali Larijani.
Rouhani pun mengatakan pembicaraan ini bisa menjadi langkah pertama dia sebagai Presiden Iran. Lebih tepatnya menyatukan dua kekuatan besar di Iran.