Senin 17 Jun 2013 19:08 WIB

Di Australia, Belanja Pangan Lewat Online Lagi Digemari

Red:
Bahan Pangan
Bahan Pangan

CANBERRA -- Di Australia, Anda tidak perlu lagi pergi keluar rumah untuk antre di supermarket atau berdesak-desakan di pasar. Kini, belanja sayur-mayur, buah-buahan, dan bahan pangan lainnya semakin marak dilakukan lewat internet dan langsung dikirim ke rumah.

Data Bank Nasional Australia mencatat sektor ritel online di Australia telah meningkat dan kini nilainya mencapai lebih dari Rp 13,5 triliun.

Dari porsi tersebut yang terlihat meningkat adalah penjualan bahan pangan, seperti sayuran, buah-buahan, telur, dan susu.

Kini, belanja online memang tidak lagi sekedar belanja baju-baju atau barang-barang biasa. Tetapi belanja bahan pangan menawarkan kenyamanan tersendiri. "Sangat efisien, makanan yang dijual pun selalu segar, dan produk-produk lokal," ujar Fiona, salah satu konsumen.

"Dengan belanja bahan pangan juga membuat sangat hemat, tidak perlu transportasi, terlebih saya punya bayi berusia setahun di rumah. Jadi benar-benar mudah dibanding harus ke supermarket," ujarnya.

Akses terhadap internet memang sudah termasuk kebutuhan di negeri kangguru ini.

Direktur penelitian pasar online di perusahaan Nielsen, Melanie Ingrey mengatakan jumlah pembeli bahan pangan secara online sudah mencapai 14 persen dari total pengguna internet.

Inggris adalah negara dengan ritel online terbesar di dunia, tetapi "Australia memiliki penetrasi pasar yang lebih dalam hal penggunaan smartphone atau tablet," jelas Melanie.

Salah satu perusahaan terbesar yang menyediakan jasa online ini adalah Aussie Farmers Direct, yang mulai beroperasi delapan tahun lalu.

Perusahaan tersebut memiliki 800 orang staf, dan truk-truk yang siap menggantarkan sayur, buah-buahan, susu, dan telur ke rumah.

Chief Executive perusahaan itu, Braeden Lord, mengatakan sekitar 40 persen dari konsumen membeli buah-buahan dan sayur mayur, sementara 80 persen membeli susu.

Ia juga menjelaskan bahwa penghasilan yang didapat akan kembali ke para petani dan komunitas di daerah, dan bahwa perusahaannya tersebut memiliki pabrik tempat pemrosesan susu dan daging."Jadi bisnis ini sangat terintegrasi."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement