Senin 17 Jun 2013 14:23 WIB

Populasi Dunia Capai 11 Miliar pada 2100

Rep: Ani Nursalikah/ Red: A.Syalaby Ichsan
Bumi
Foto: Nasa
Bumi

REPUBLIKA.CO.ID, Analisis statistik terbaru menyebutkan populasi dunia dapai mencapai angka 11 miliar jiwa pada 2100. Jumlah tersebut melebihi 800 juta orang dibandingkan dengan yang diramalkan pada 2100.

Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan itu disebabkan tingkat kelahiran di Afrika belum menurun seperti yang diproyeksikan. 

"Penurunan kesuburan di Afrika melambat atau berhenti pada batas yang lebih besar dari yang sebelumnya kami prediksi. Sebagai hasilnya, populasi di afrika akan naik," ujar penulis studi Adrian Raftery yang juga ahli statistik di Universitas Washington, seperti dikutip dari LiveScience, akhir pekan lalu.

PBB melaporkan, populasi warga dunia mencapai tujuh miliar padaOktober 2011. Peningkatan ini menakjubkan jika dibandingkan dengan hanya lima juta orang yang hidup di bumi pada 8000 sebelum masehi atau satu miliar orang yang hidup pada 1805.

Lonjakan besar dalam populasi diperkirakan akan menyebabkan populasi di kota besar membengkak. Hal ini dapat memperburuk masalah lingkungan dan kepadatan penduduk. Saat ini, populasi Afrika 1,1 miliar yang diprediksi akan meningkat empat kali lipat menjadi 4,2 miliar pada 2100.

Sedangkan bagian dunia lain tampaknya tidak mengalami perubahan besar dari perkiraan sebelumnya. Ada sedikit penurunan populasi di Eropa karena tingkat kelahiran di bawah pengganti. Artinya banyak orang yang mati daripada yang dilahirkan.

Analisis baru ini menggunakan metode yang lebih canggih untuk memperkirakan harapan hidup, metode peramalan kesuburan terbaru dan data populasi terbaru. Model ini memperkirakan kemungkinan populasi akan mencapai antara sembilan miliar dan 13 miliar pada 2100.

Sebaliknya, perkiraan populasi PBB mengasumsikan tingkat kelahiran rata-rata dapat bervariasi hingga 0,5 anak per wanita. Populasi dunia berarti akan mencapai antara tujuh hingga 17 miliar.

"Penemuan baru ini menunjukkan kita perlu memperbaharui kebijakan, seperti meningkatkan akses ke keluarga berencana dan memperluas pendidikan bagi anak perempuan, untuk mengatasi pertumbuhan penduduk yang cepat di Afrika," kata Raftery dalam sebuah pernyataan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement