Rabu 19 Jun 2013 17:31 WIB

Jumlah Pengungsi Dunia Capai Rekor Tertinggi

Rep: Nur Aini/ Red: Fernan Rahadi
Bocah-bocah Suriah yang turut mengungsi dengan keluarga mereka di salah satu kamp pengungsi di perbatasan Suriah-Turki.
Foto: AP Photo/Muhammed Muheisen
Bocah-bocah Suriah yang turut mengungsi dengan keluarga mereka di salah satu kamp pengungsi di perbatasan Suriah-Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Lembaga PBB mencatat 7,6 juta orang mengungsi pada 2012. Jumlah total saat ini diperkirakan mencapai rekor tertinggi sejak 1994.

Laporan badan pengungsi PBB, UNHCR mengatakan Suriah merupakan faktor baru yang mendongkrak angka pengungsi. Laporan ini mengatakan 55 persen dari semua pengungsi berasal dari lima negara yakni Afghanistan, Somalia, Irak, Sudan, dan Suriah.

Negara berkembang menjadi tuan rumah 81 persen pengungsi. Dari jumlah itu, 11 persen diantaranya sudah menjadi tempat pengungsian lebih dari satu dekade.

"Ini benar-benar jumlah yang mengkhawatirkan. Mereka mencerminkan penderitaan individu pada skala besar dan mereka mencerminkan kesulitan masyarakat internasional dalam mencegah konflik dan mempromosikan solusi tepat bagi mereka," ujar Kepala UNHCR, Antonio Guterres dikutip BBC.

Guterres mengatakan dengan jumlah 7,6 juta orang pengungsi, maka setiap 4,1 detik ada satu orang yang mengungsi. "Setiap kali anda berkedip, satu orang terpaksa mengungsi," ujarnya.

UNHCR mengatakan angka tersebut berdasarkan data yang dikumpulkan lembaga itu sendiri serta dari pemerintah dan LSM. Afganistan tetap menjadi sumber terbesar pengungsi dunia, posisi yang telah berlangsung selama 32 tahun. Sebanyak 95 persen pengungsi Afghanistan terletak di Iran atau Pakistan.

Somalia adalah kelompok terbesar kedua pengungsi pada 2012, diikuti Irak. Suriah adalah kelompok terbesar keempat.

PBB mengatakan satu juta orang mengungsi dari Suriah dalam enam bulan terakhir. PBB mengatakan jika kecenderungan itu terus berlangsung, lebih dari dua juta orang akan meninggalkan Suriah pada akhir tahun ini. Laporan itu juga mengatakan ada peningkatan pengungsi dari Mali dan Kongo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement