REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM -- Sekelompok ahli pertahanan Israel dan akademikus Amerika Serikat (AS) berkumpul di Jerusalem pada Kamis (20/6) untuk membahas tempur pada masa depan.
"Memang sudah ada keadaan yang seperti di cerita-cerita," kata Brig. Jend (Purn.) Yair Cohen, mantan komandan Unit 8200, Satuan Maya dan Intelijen Militer Pasukan Pertahanan Israel, Jumat (21/6).
Cohen mengatakan saat ini manusia hidup di dunia tempat 500 juta serangan maya terjadi setiap detik terhadap prasarana TI strategis. Potensi serangan semacam itu bisa mengakibatkan bencana kekacauan politik, sosial, dan ekonomi di satu negara.
"Kami berpendapat senjata maya bisa melumpuhkan semua pesawat musuh tanpa mengirim seorang pilot pun untuk melakukan misi dan tanpa membahayakan nyawa manusia," ujar Cohen.
Menurutnya, perang dunia maya adalah pedang bermata dua, yakni senjata itu menyediakan buat militer modern keuntungan dan peluang baru yang tak pernah ada sebelumnya. Pada kesempatan yang sama perang maya memberi peluang untuk para pelaku non-negara, misalnya peretas.
Pembicara lainnya adalah Brig. Jend (Purn.) Daniel Gold, peraih Penghargaan Pertahanan Israel karena peran dalam menemukan dan menangani sistem pertahanan roket-rudal Iron Dome. Gold menampilkan serangkaian video yang memperlihatkan sistem senjata tak berawak yang dikembangkan Israel dan telah dioperasikan militer negara itu.
Eli Levita, mantan wakil direktur jenderal urusan kebijakan di Komisi Energi Atom Israel, dalam kesimpulan diskusi mengamukakan bahwa sebagian konflik pada masa depan akan berupa perang saudara yang juga akan 'menyeret' orang yang bukan tentara.