REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dua lembaga bantuan PBB, Jumat (21/6), menyampaikan keprihatinan mengenai makin parahnya kerawanan pangan di Tepi Barat dan Jalur Gaza, tempat satu dari tiga rumah tangga Palestina sekarang berjuang menghidupi keluarga mereka, kata juru bicara PBB.
Kekhawatiran mengenai situasi yang memburuk itu disampaikan oleh pemimpin UN Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA) dan Program Pangan Dunia (WFP), setelah mereka mengunjungi satu desa Badui antara Yerusalem dan Jericho (Ariha) pada Jumat (21/6).
Di sana, operasi pembagian makanan dilakukan secara bersama oleh kedua lembaga tersebut, kata Wakil Juru Bicara PBB Eduardo del Buey kepada wartawan dalam satu pernyataan hariannya yang dilansir dari Xinhua, Sabtu (22/6).
Sebanyak 1,6 juta orang, atau 34 persen rumah tangga di Palestina, menghadapi kerawanan pangan pada 2012, peningkatan dramatis dari 27 persen pada 2011, demikian survei gabungan PBB. Survei tersebut dilakukan oleh WFP, UNRWA, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Biro Pusat Statistik Palestina.
Faktor yang mempengaruhi kondisi itu adalah angka pengangguran yang tinggi, kemacetan pertumbuhan ekonomi, masalah keuangan Pemerintah Otonomi Palestina, berlanjutnya pendudukan Israel atas Tepi Barat Sungai Jordan dan blokade atas Jalur Gaza, kata wakil juru bicara PBB tersebut.