Senin 24 Jun 2013 11:38 WIB

Penyakit Demensia Hantui Warga Australia

Red:
Penyakit
Penyakit

CANBERRA -- Pada 2050 mendatang, diperkirakan penderita demensia (Kumpulan beberapa gejala yang disebabkan oleh penyakit otak. Demensia mempengaruhi cara berpikir, bertindak dan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari) di Australia akan mencapai satu juta orang. Ini akan menjadi tantangan kesehatan bukan hanya bagi para penderita tapi juga keluarga dan pemerintah.

Penyakit ini sudah menjadi krisis nasional di Australia apalagi saat ini penyakit ini tidak memiliki obat atau perawatan efektif.

Saat ini, sekitar 330 ribu warga Australia menderita demensia dan setiap minggu lebih dari 1,700 orang didiagnosa memiliki penyakit tersebut.

Tapi jumlah itu diperkirakan akan meningkat hingga 7 ribu per minggu, dan mencapai total 1 juta pada tahun 2050. "Demensia adalah tantangan kesehatan masyarakat abad ke-21," ujar presiden organisasi Alzheimer Australia, Ita Buttrose.

Ahli kesehatan dari University of New South Wales, Professor Henry Brodaty, mengatakan penyakit ini adalah sebuah beban bagi masyarakat.

"Jumlah yang sangat besar ini adalah tragedi bagi keluarga dan masyarakat mereka," katanya.

Fakta-fakta Demensia

  • Apa itu demensia?
  • Kumpulan beberapa gejala yang disebabkan oleh penyakit otak. Demensia mempengaruhi cara berpikir, bertindak dan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
  • Siapa yang bisa terkena demensia?
  • Orang yang berusia di atas 65 tahun lebih umum terkena demensia, tapi mereka yang berusia sekitar 40 atau 50 tahun juga bisa terkena demensia.
  • Apa yang menyebabkan demensia?
  • Yang paling umum adalah penyakit Alzheimer, demensia Vaskuler, penyakit Parkinson's dan lain-lain.
  • Apa saja gejala-gejala awalnya?
  • Beberapa gejala awal termasuk kehilangan ingatan yang sering terjadi, rasa bingung dan perubahan kepribadian.
  • Baca lebih lanjut mengenai demensia (Bahasa Inggris)

Penyakit Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum, dengan lebih dari separuh demensia disebabkan oleh penyakit ini, tapi masih sedikit yang diketahui tentang penyebab penyakit Alzheimer.

Dr Carolyn Orr dari Macquarie University Hospital mengatakan, dengan demensia, fungsi kognitif otak sangat terpengaruhi hingga sang penderita tidak bisa hidup mandiri.

"Langkah pertama adalah untuk mempertimbangkan apakah gejala-gejala yang ditunjukkan pasien bisa merupakan igauan, depresi atau sekadar kekhawatiran," katanya.

Depresi bagi manusia lanjut usia adalah sesuatu yang umum terjadi, dan memiliki gejala yang serupa dengan demensia.

Menurut Professor Brodaty, banyak pasien yang merasa malu untuk mengakui bahwa mereka mengalami gagal ingatan.

"Ada banyak stigma mengenai demensia secara umum, dan banyak orang yang takut untuk bertemu dokter untuk diberi diagnosa," katanya.

Di lain pihak, banyak dokter yang tidak bisa memberi diagnosa, atau tidak yakin, karena tidak mengetahui apa yang bisa dilakukan untuk mengobati pasien.

"Kita tahu ada sekitar jarak sekitar dua atau tiga tahun sebelum gejala-gejala pertama dan diagnosa," kata Professor Brodaty. 

Dia juga mengatakan masyarakat sebaiknya mengetahui ada banyak hal yang bisa dilakukan dokter untuk meningkatkan kualitas kehidupan orang-orang yang mengalami demensia, seperti anjuran olah raga, pemeriksaan tekanan darah, diet, pencegahan obesitas dan diabetes tipe-2. 

Biaya demensia yang meroket

Saat ini, di Australia, biaya untuk merawat penderita demensia adalah sekitar 6 miliar dolar Australia, atau sekitar 1 persen dari Produk Domestik Bruto. Pada tahun 2050, diperkirakan jumlah ini akan mencapai 2 persen PDB. 

Menurut data dewan penelitian kesehatan nasional, Pemerintah Federal Australia menghabiskan 22 juta dolar Australia untuk melakukan penelitian mengenai demensia pada tahun 2012-13. Sedangkan penelitian atas kanker mencapai tujuh kali lipat jumlah tersebut, yaitu 162.4 juta dolar Australia. 

Dr Bryce Vissel, kepala riset Neurodegeneration pada Garvan Institute, mengatakan masyarakat dan pemerintah perlu lebih banyak mengetahui tentang demensia. "Saya pikir orang tidak terlalu mengetahui sejauh apa kita menghadapi sebuah masalah ekonomi besar," katanya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement