Senin 24 Jun 2013 08:13 WIB

Edward Snowden Minta Suaka ke Ekuador

Website pendukung Edward Snowden, mantan karyawan CIA yang membocorkan dokumen-dokumen rahasia tentang program pengawasan AS, yang ditampilkan pada layar komputer di Hong Kong, Kamis (13/6).
Foto: AP/Kin Cheung
Website pendukung Edward Snowden, mantan karyawan CIA yang membocorkan dokumen-dokumen rahasia tentang program pengawasan AS, yang ditampilkan pada layar komputer di Hong Kong, Kamis (13/6).

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Edward Snowden, bekas kontraktor badan intelijen  Amerika NSA yang dituduh membocorkan rahasia pemerintah telah minta suaka politik di Ekuador setelah terbang dari Hongkong ke Moskow.

Menurut Menteri Luar Negeri Ekuador Ricardo Patino lewat Twitternya, Ahad (23/6), pemerintahnya telah menerima permintaan suaka dari Snowden, tapi ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.  Kelompok anti-rahasia Wikileaks mengatakan, beberapa penasihat hukumnya dan sejumlah diplomat yang tidak disebut namanya telah menyertai Snowden ketika ia terbang ke Moskow dari Hongkong. Kata Wikileaks, para pendamping itu akan terus mengawal Snowden yang akan pergi ke Ekuador, salah satu negara  Amerika Latin yang paling keras mengecam kebijakan luar negeri  Amerika.

Koresponden VOA di Moskow James Brooke mengatakan pemerintah Rusia agaknya senang bisa memainkan peran dalam membantu Snowden keluar dari jangkauan sistem hukum  Amerika. Kata Brooke pejabat Rusia sangat senang dengan publisitas buruk bagi  Amerika ini, bahwa pemerintah  Amerika berusaha menangkap Snowden, tapi orang itu berhasil keluar dari Hongkong pada waktunya. Rusia pun senang ikut dalam permainan kucing-kucingan ini dengan  Amerika.

Ekuador juga telah memberi suaka kepada pendiri Wikileaks Julian Assange di kedutaannya di London. Assange minta suaka di kedutaan itu supaya jangan di deportasi ke  Amerika atas tuduhan membocorkan ratusan ribu kawat diplomatik  Amerika pada tahun 2010.

Gedung Putih mengatakan Presiden Obama telah diberi tahu oleh tim keamanan nasionalnya tentang keberadaan Snowden.

sumber : VOA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement