DENPASAR -- Telah muncul rekaman video baru tentang seorang penyelundup manusia Indonesia yang mengaku mengatur pemberangkatan sebuah kapal yang tenggelam tahun lalu, dan melukiskan para pencari suaka sebagai 'kambing'.
ABC News memperoleh rekaman video tentang seorang penyelundup manusia bernama Freddy Ambon, yang mencoba meyakinkan para pencari suaka bahwa ia dapat mengirim mereka ke Pulau Christmas dengan aman.
Namun ia juga mengakui keterlibatannya dalam tragedi kapal tenggelam Juni lalu yang dipahami menewaskan sampai sebanyak 96 orang pencari suaka.
Freddy Ambon melukiskannya sebagai satu insiden tersendiri. Ia juga mengungkapkan keterlibatan polisi Indonesia.
Rekamannya kurang bagus tapi dengan jelas mengungkapkan seorang penyelundup manusia yang menjual jasa.
Dua sumber mengatakan kepada ABC, itu adalah Freddy Ambon, seorang penyelundup manusia yang dikenal oleh polisi.
Dengan berpura-pura sebagai seorang broker untuk sekelompok klien fiktif, seorang pencari suaka Afghan yang menyebut dirinya Abbas bulan lalu diam-diam membuat empat video tentang Freddy Ambon.
"Saya akan mengurus kapalnya, mesinnya, menceknya dan segala macam, mengisi bahan bakarnya, OK, mengisi perbekalan, OK kemudian kambing-kambing itu berangkat," demikian Freddy Ambon terdengar mengatakan.
Abbas mengatakan, ia kehilangan dua saudara laki-laki di kapal yang diberangkatkan oleh seorang pencari suaka dan ingin agar perdagangan yang memakan korban itu diungkap.
Ia menanyakan Freddy Ambon tentang kinerja keamanannya dan khususnya tentang kapal yang tenggelam di utara Pulau Christmas pada bulan Juni tahun lalu, menewaskan hingga 96 orang.
Freddy Ambon mengakui keterlibatannya tapi menyalahkan seorang mitra bisnisnya warga Pakistan. "Kapal itu terlalu penuh," kata Freddy Ambon.
"Saya katakan kepadanya, jangan masukkan penumpang lagi, tapi dia bersikeras. Jadi itu bukan salah saya. Saya tidak salah."
Freddy Ambon mengatakan, supaya aman, ia mengirim 50 orang setiap kali dan hingga tiga kapal sebulan, dan ia menyebut-nyebut tentang kerjasama dari polisi Indonesia. "Dan kemudian markas besar polisi akan mengawal kapal itu," katanya.
"Mungkin Irfan sudah memberitahu anda bahwa saya seorang bekas polisi? Jangan tanya dari satuan mana."
"Saya bekas polisi, supaya anda tahu. Tapi itu berarti tidak ada masalah, bro. Tidak ada masalah. Penumpang akan sampai ke tempat tujuan."
Seorang sumber lainnya mengatakan kepada ABC, dengan uang suap sekitar 7.000 dolar AUS, polisi Indonesia akan mengawal pencari suaka ke pesisir. Dan dengan 10.000 dolar AUS lagi, mereka akan memastikan perjalanannya aman dan operasi penyelundupan tidak akan terganggu. "Kalau sampai tertangkap, itu karena tidak ada koordinasi, tapi kalau ada koordinasi, mereka akan sampai ke Pulau Christmas," katanya.
Sebagai bagian dari investigasi gabungan, ABC dan Fairfax Media menelpon Freddy Ambon, yang membantah keterlibatannya dalam penyelundupan manusia - bahkan sebelum ditanya.
Ia juga mengatakan, Freddy hanya nama samaran yang digunakannya dan namanya yang sebenarnya adalah Muhammad Aksan.
Kepala satuan anti penyelundup manusia, Brigadir Jendral Herry Pratowo, mengatakan, ia tidak tahu tentang tuduhan keterlibatan polisi, tapi akan melakukan pengusutan internal. Jurubicara kepolisian Indonesia menolak tuduhan polisi terlibat.