Perkenalkan Varanasi, kota suci di India. Kota ini menarik jutaan peziarah seluruh dunia yang mencari pemurnian di perairan sungai Gangga. Termasuk juga bagi para janda di India, Varanasi merupakan tempat mereka melabuhkan harapan.
Bagi orang Hindu, perjalanan di Varanasi adalah puncak dari kehidupan beragama - ziarah paling penting yang bisa dilakukan oleh seseorang. Tak hanya itu sebagian besar peziarah ke Varanasi selain mengambil berkat juga untuk tinggal disana.
Para janda yang ditinggal suaminya di India, memilih Varanasi sebagai tempat tinggalnya karena di kota asal mereka, para janda ini sering dijauhi dan distigmatisasi oleh keluarga. Para janda ini percaya tinggal dan menetap di Varanasi adalah tujuan ibadah dan mereka berharap bisa tinggal sampai mereka meninggal.
Punigali Devi, janda berusia 93 tahun asal Nepal, menikah pada usia 12 tahun dan menjanda setahun kemudian. "Semua keluarga saya sudah meninggal,” ceritanya.
"Saya datang ke Varanasi 40 tahun lalu, mencari tempat untuk menumpang hidup dan berharap mencapai pemurnian.”
Janda lainnya, 37 tahun, Anapurna Sharma, menikah ketika berusia 21 tahun dan sudah menjanda sejak 5 tahun lalu. "Segera setelah suami saya dikremasi dan ritual kematiannya dilaksanakan, saudara ipar saya mencampakan saya keluar dari rumah,” katanya.
"Saya tidak punya tujuan, hidup saya sudah berakhir.”
Dia kemudian menjadi pengemis selama 13 tahun. Baru-baru ini Anapurna mendapat bantuan dari NGO Sulabh International, bersama dengan 25 janda lain di Varanasi.
Anapurna Sharma sekarang menerima sedikit uang saku dan bagi janda pengungsi untuk pertama kalinya menerima suplai air bersih dan listrik. ‘Saya sekarang lebih percaya diri dan Saya ingin kembali belajar dan menjadi guru.” katanya.
Harapan dan semangat hidup Anapurna Sharma ini merupakan pengecualian diantara janda-janda di Varanasi.
Kebanyakan janda-janda di kota itu sudah pasrah dengan keadaan dan mereka berharap segera meninggal supaya bisa reinkarnasi di kehidupan mendatang.
Vinita Sharma, Program koordinator di Sulabh International, mengatakan janda-janda di India sering distigmatisasi dan terdesak hidup dalam kemiskinan.
"Di India, Suami dianggap sebagai kepala keluarga, jadi begitu menjadi janda, maka dia akan dianggap sebagai beban.”
“Karena mereka butuh makanan, butuh pakaian dan banyak kebutuhan mendasar lainnya.”